MUQADDIMAH
Puji syukur
kehadirat Allah SWT. Sebaik-baik Pemberi rahmat bagi hamba yang cermat, Pemberi
hidayah bagi hamba yang tidak kenal lelah dan menyerah serta Pemberi inayah,
sehingga Karya Tulis Ilmiah yang bertemakan Zakat ini bisa terselesaikan dengan
penuh rasa syukur.
Shalawat
beserta salam mudah-mudahan senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad
SAW. Beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Amiin…
Makalah ini
tentu banyak sekali kekurangannya, karena itu diharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun demi peningkatan pengetahuan serta berkembangnya wawasan.
Selanjutnya
saya sampaikan terima kasih kepada para dosen yang telah membina, membimbing,
mengarahkan serta memotivasi saya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Semoga
amal kebaikannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amiin…
Cirebon, 10 Desember
2011
Penulis,
ANAFIATUL
ADAWIYAH
|
DAFTAR ISI
MUQADDIMAH............................................................................................... 01
DAFTAR ISI...................................................................................................... 02
ZAKAT.............................................................................................................. 03
A. Pengertian Zakat.......................................................................................... 03
B. Jenis-Jenis Harta Yang Wajib Dizakati................................................... 04
C. Batas Nishab Dan Besarnya Zakat............................................................ 04
1.
Binatang Ternak................................................................................... 05
2.
Emas Dan Perak.................................................................................... 05
3.
Biji Makanan
Yang Mengenyangkan................................................ 05
4.
Buah-Buahan........................................................................................ 06
5.
Harta Perniagaan.................................................................................. 06
D. Nishab Dan Zakat Satu Persatunya.......................................................... 07
1.
Nishab Dan Zakat
Unta....................................................................... 07
2.
Nishab Serta
Zakat Sapi Dan Kerbau................................................ 07
3.
Nishab Dan Zakat
Kambing................................................................ 08
4.
Nishab Emas Dan
Perak Serta Zakatnya........................................... 08
5.
Nishab
Biji-Bijian Dan Buah-Buahan............................................... 08
6.
Hasil Tambang...................................................................................... 09
7.
Zakat Rikaz........................................................................................... 09
E. Zakat Fithrah 10
PENUTUP.......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 12
ZAKAT
A.
Pengertian Zakat
Zakat menurut istilah agama Islam
artinya kadar harta yang tertentu, yang diberikan kepada yang berhak
menerimanya, dengan beberapa syarat.
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima,
hukumnya Fardhu ‘Ain atas tiap-tiap orang yang cukup syaratnya. Zakat
mulai diwajibkan pada tahun kedua Hijriyah.[1]
(#qßJÏ%r&ur…. no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¢9$# ….
“….dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat….”(Q.S. An-Nisa’:77)
Menurut bahasa, zakat berasal dari
kata zaka, yazki, zakyan wa zakatan, artinya bersih. Adapun menurut
istilah, zakat adalah perbuatan menyisihkan sebagian harta yang dimiliki jika
telah cukup nisab dan memberikannya kepada orang yang berhak menerimanya.
Zakat termasuk rukun Islam yang
ketiga. Oleh karena itu, zakat hukumnya wajib bagi setiap muslim yang memiliki
harta dan sudah cukup nisab. Nisab artinya batas tertentu dari jumlah harta
tertentu yang dimiliki oleh seorang muslim.[2]
Perhatikan firman Allah SWT berikut:
õè{ ô`ÏB öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y|¹ öNèdãÎdgsÜè? NÍkÏj.tè?ur $pkÍ5 …..
“Ambillah zakat
dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka….” (Q.S.
At-Taubah: 103)
Berdasarkan ayat di atas, diketahui bahwa tujuan disyariatkannya
zakat ialah untuk membersihkan dan menyucikan harta seorang muslim dari sesuatu
yang tidak halal. Sebab, harta yang telah mencapai nishab dan tidak dikeluarkan
zakatnya maka harta tersebut di dalamnya terdapat barang haram, yaitu barang
yang sesungguhnya menjadi hak orang lain yang harus disampaikan kepada pemiliknya.
Perhatikan firman Allah SWT berikut:
þÎûur öNÎgÏ9ºuqøBr& A,ym È@ͬ!$¡¡=Ïj9 ÏQrãóspRùQ$#ur ÇÊÒÈ
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”. (Q.S. Adz-Dzariyat: 19)
B.
Jenis-Jenis Harta Yang Wajib Dizakati
Adapun yang termasuk usaha kontemporer adalah jenis usaha yang pada
zaman Rasulullah SAW. belum ditemukan, seperti usaha perkebunan, peternakan,
perikanan, upah atau gaji, saham dan obligasi.
Di Negara kita, meskipun bukan Negara berdasarkan agama (Islam),
masalah zakat ini telah direspons positif oleh pemerintah. Bahkan, telah
dibuatkan undang-undangnya dalam hukum positif dan telah diundangkan pada tahun
1999, yaitu Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.
Dalam pasal 11 ayat (2) Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa
harta yang dikenai zakat adalah:
a.
Emas,
perak dan uang;
b.
Perdagangan
dan perusahaan;
c.
Hasil
pertanian, hasil perkebunan dan hasil perikanan;
d.
Hasil
pertambangan;
e.
Hasil
peternakan;
f.
Hasil
pendapatan jan jasa;
g.
Rikaz
(penemuan).[3]
C.
Batas Nishab dan Besarnya Zakat
Setiap hasil usaha yang didapatkan
dengan cara yang halal, wajib dikeluarkan zakatnya jika telah mencapai nishab.
Masing-masing hasil usaha kontemporer tersebut memiliki batas nishab dan
besaran zakat tersendiri yang satu sama lain berbeda cara penghitungannya.[4]
Berikut ini akan dibahas tentang
batas nishab dan besaran zakat masing-masing hasil usaha tersebut.
1.
Binatang ternak
Jenis
binatang yang wajib dikeluarkan zakatnya hanya unta, sapi, kerbau, kambing.[5]
Syarat
wajib zakat atas pemilik binatang tersebut adalah:
a)
Islam
b)
Merdeka
c)
Milik
yang sempurna
d)
Cukup
satu nishab
e)
Telah
dimiliki satu tahun lamanya
f)
Digembalakan
di rumput yang mubah.
2.
Emas dan perak
Barang
tambang yang lain tidak wajib zakat.
Syarat
wajib zakat atas pemilik emas dan perak:
a)
Islam
b)
Merdeka
c)
Milik
yang sempurna
d)
Sampai
satu nishab
e)
Sampai
satu tahun disimpan.
Firman
Allah SWT.:
úïÏ%©!$#ur…. crãÉ\õ3t |=yd©%!$# spÒÏÿø9$#ur wur $pktXqà)ÏÿZã Îû È@Î6y «!$#
Nèd÷Åe³t7sù A>#xyèÎ/ 5OÏ9r& ÇÌÍÈ
“….dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan
Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa
yang pedih….”(Q.S. At-Taubah:34)
3.
Biji makanan yang mengenyangkan
Seperti
beras, gandum, jagung, adas, dan lain sebagainya. Adapun biji makanan yang
tidak mengenyangkan seperti kacang tanah, kacang panjang, buncis, tanaman muda,
dan sebagainya, tidak wajib dizakati.[6]
Firman
Allah SWT.:
(#qè?#uäur ¼çm¤)ym uQöqt ¾ÍnÏ$|Áym ( …..
“…..dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya…..”(Q.S Al-An’am:141).
Syarat
wajib zakat atas pemilik biji-biji makanan tersebut:
a.
Islam
b.
Merdeka
c.
Milik
yang sempurna
d.
Sampai
nishabnya
e.
Biji
makanan itu ditanam oleh manusia
f.
Biji
makanan itu mengenyangkan dan tahan disimpan lama.[7]
4.
Buah-buahan
Yang
dimaksud dengan buah-buahan hanya kurma dan anggur saja, buah-buahan yang lain
tidak wajib zakat.
Syarat
wajib zakat atas pemilik buah-buahan:
a.
Islam
b.
Merdeka
c.
Milik
yang sempurna
d.
Sampai
satu nishab.[8]
5.
Harta perniagaan
Wajib
zakat pada harta perniagaan dengan syarat-syarat yang tersebut pada zakat emas
dan perak.
Sabda Rasulullah SAW.:
عَنْ سَمُرَةَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا اَنْ نُخْرِجَ الصَّدَقَةَ مِنَ الَّذِيْ نُعِيْدُهُ
لِلْبَيْعِ (رواه الدار قطنى و أبو داود)
“Dari
Samurah: Rasulullah SAW. memerintahkan kepada kami agar kami mengeluarkan zakat
barang yang disediakan untuk dijual.”
(Riwayat Daru Quthni dan Abu Dawud)[9]
D.
Nishab dan Zakat Satu Persatunya
1.
Nishab dan Zakat Unta
Nishab
|
Zakatnya
|
|
Bilangan
dan Jenis Zakat
|
Umur
|
|
5-9
|
1 ekor
kambing/1 ekor domba
|
2 /1 tahun
lebih
|
10-14
|
2
ekor kambing/2 ekor domba
|
2
/1 tahun lebih
|
15-19
|
3 ekor
kambing/3 ekor domba
|
2 /1 tahun
lebih
|
20-24
|
4
ekor kambing/4 ekor domba
|
2
/1 tahun lebih
|
25-35
|
1 ekor anak
unta
|
1 tahun lebih
|
36-45
|
1
ekor anak unta
|
2
tahun lebih
|
46-60
|
1 ekor anak
unta
|
3 tahun lebih
|
61-75
|
1
ekor anak unta
|
4
tahun lebih
|
76-90
|
2 ekor anak
unta
|
2 tahun lebih
|
91-120
|
2
ekor anak unta
|
3 tahun
lebih
|
121
|
3 ekor anak
unta
|
2 tahun lebih
|
|
Seterusnya mulai dari 121 ini dihitung tiap-tiap 40 ekor unta
zakatnya 1 ekor anak unta yang berumur 2 tahun lebih, dan tiap-tiap 50 ekor
unta zakatnya 1 ekor unta yang berumur 3 tahun lebih. Jadi 130 ekor unta
zakatnya 2 ekor anak unta yang berumur 2 tahun dan 1 ekor anak unta umur 3
tahun, dan 140 ekor unta zakatnya 1 ekor anak unta umur 2 tahun dan 2 ekor anak
unta umur 3 tahun. Dan seterusnya.
2.
Nishab serta Zakat Sapi dan Kerbau
Nishab
|
Zakatnya
|
|
Bilangan
dan Jenis Zakat
|
Umur
|
|
30-39
|
1 ekor anak
sapi atau 1 ekor kerbau
|
2 tahun lebih
|
40-59
|
1
ekor anak sapi atau 1 ekor kerbau
|
2
tahun lebih
|
60-69
|
2 ekor anak
sapi atau 1 ekor kerbau
|
1 tahun lebih
|
70-….
|
1
ekor anak sapi atau 1 ekor kerbau &
|
|
|
1 ekor anak
sapi atau 1 ekor kerbau
|
2 tahun lebih
|
|
Seterusnya tiap-tiap 30 ekor sapi atau kerbau zakatnya 1 ekor anak
sapi atau kerbau umur 1 tahun lebih, dan tiap-tiap 40 ekor sapi atau kerbau
zakatnya 1 ekor anak sapi atau kerbau berumur 2 tahun lebih. Jadi zakat 80 ekor
sapi atau kerbau ialah 2 ekor anak sapi atau kerbau berumur 1 tahun lebih dan 1
ekor umur 2 tahun.
3.
Nishab dan Zakat Kambing
Nishab
|
Zakatnya
|
|
Bilangan
dan Jenis Zakat
|
Umur
|
|
40-120
|
1 ekor
kambing/domba betina
|
2 /1 tahun
lebih
|
120-200
|
2
ekor kambing/domba betina
|
2
/1 tahun lebih
|
201-399
|
3 ekor
kambing/domba betina
|
2 /1 tahun
lebih
|
400-….
|
4
ekor kambing/domba betina
|
2
/1 tahun lebih
|
|
Mulai dari 400 ekor kambing, dihitung tiap-tiap 100 ekor kambing
zakatnya 1 ekor kambing atau domba berumur 2 /1 tahun lebih, dan seterusnya.
Jadi 500-599 ekor kambing zakatnya 5 ekor kambing, 600 ekor kambing zakatnya 6
ekor kambing dan bandingkanlah seterusnya.
4.
Nishab Emas dan Perak serta Zakatnya
Emas dan perak wajib dizakati apabila yang bersihnya cukup satu
nishab.
Ø Nishab emas 20 Mitsqal (= £ 12 ),
berat timbangannya 93,6 Gram, zaktnya
Ø Nishab perak 200 Dirham (624 Gram), timbangan perak bersih dengan
uang Belanda =ƒ 86,66 zakatnya Dirham
(15,6 Gram) = ƒ 2,17.
5.
Nishab Biji dan Buah-Buahan
Nishab biji makanan yang mengenyangi dan buah-buahan 300 Sha’ (±930
Liter) bersih dari kulitnya.
Sabda Rasulullah SAW.:
لَيْسَ فِى حَبٍّ وَلاَ تَمَرٍ صَدَقَةٌ حَتَّى
يَبْلُغَ خَمْسَةَ اَوْسُقٍ (رواه مسلم)
“Tidak ada sedekah (zakat) pada biji dan buah-buahan
sehingga sampai banyaknya lima wasaq.”(Riwayat Muslim)
ü 1 Wasaq = 60 Sha’
ü
1
Sha’ = 3,1 Liter
Zakatnya, apabila diairi dengan air sungai atau air hujan
.
Tetapi jika diairi dengan air kincir yang ditarik oleh binatang, atau disiram dengan
alat yang memakai biaya, zakatnya adalah .
Sabda Rasulullah SAW.:
عَنْ جَابِرِ عَنِ النِّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: فِيْمَا سَقَتِ الْأَنْهَارُ وَالْغَيْمُ الْعُشُوْرُ فِيْمَا سُقِيَ
بِالسَّانِيَةِ نِصْفُ الْعُشْرِ (رواه أحمد و مسلم والنسائى)
“Dari
Jabir, Nabi Muhammad SAW. bersabda:pada biji yang diairi dengan air sungai dan
hujan, zakatnya sepersepuluh, dan yang diairi dengan kincir ditarik oleh
binatang, zakatnya seperduapuluh.”(Riwayat Ahmad, Muslim, dan Nasai)
Peringatan
Belanja mengurus biji dan buah-buahan, seperti belanja
mengetam, mengeringkan, membersihkan, membawanya, dan sebagainya, semua itu
wajib dipikul oleh yang punya, berarti tidak mengurangkan hitungan zakatnya.
6.
Hasil Tambang
Hasil tambang emas dan hasil tambang perak, apabila
sampai satu nisab, wajib dikeluarkan zakatnya pada waktu itu juga dengan tidak
disyaratkan sampai satu tahun, seperti pada biji-bijian dan buah-buahan.
Zakatnya .
فِى الرِّقَّةِ رُبْعُ الْعُشْرِ (رواه لبخارى)
“Pada
emas-perak, zakat keduanya seperempat puluh .”
(Riwayat Bukhori)
7.
Zakat Rikaz (Harta Terpendam)
Rikaz adalah emas atau perak yang ditanam oleh Kaum
Jahiliyah (sebelum Islam). Apabila kita mendapat emas atau perak yang ditanam
oleh Kaum Jahiliyah itu, wajib kita keluarkan zakat
Rikaz tidak disyaratkan sampai satu tahun, tetapi apabila
didapat, wajib dikeluarkan zakatnya pada waktu itu juga, seperti zakat hasil
tambang-perak.
Adapun nishabnya, setengah ulama berpendapat disyaratkan
sampai satu nishab, pendapat ini menurut Madzhab Syafi’i. pendapat yang lain,
seperti pendapat Imam Maliki, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad dan
pengikut-pengikut mereka bahwa nishab itu tidak menjadi syarat.[10]
E.
Zakat Fithrah
Tiap-tiap hari raya ‘Idul Fithri, diwajibkan atas
tiap-tiap orang islam laki-laki dan perempuan, besar kecil, merdeka atau hamba,
membayar zakat fithrah banyaknya 3,1 liter dari makanan yang mengenyangkan
menurut tiap-tiap tempat (negeri).[11]
Rasulullah SAW. bersabda:
عَنِ ابْنُ عُمَرَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاَة الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ عَلَى النَّاسِ صَاعَا
مِنْ تَمْرٍ اَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى كُلِّ حُرٍّ اَوْ عَبْدٍ ذَكَرٍ اَوْ
اُنْثَى مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ (رواه البخارى و مسلم) وَ فِى الْبُخَارِى وَكَانَ يُعْطُوْنَ
قَبْلَ الْفِطْرِ بِيَوْمٍ اَوْ َيْومَيْنِ
“Dari Ibnu Umar katanya: Rasulullah SAW. mewajibkan zakat
fithri (berbuka) bulan Ramadhan sebanyak satu sha’ (3,1 liter) tamr atau gandum
atas tiap-tiap orang muslim merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan. (Riwayat
Bukhari dan Muslim). Dalam Hadits Bukhari: mereka bayar fithrah itu sehari atau
dua hari sebelum hari raya.”
Syarat-Syarat Wajib Zakat Fithrah
1.
Islam
2.
Ada
sebelum terbenam matahari hari penghabisan bulan Ramadhan
3.
Dia
mempunyai kelebihan harta daripada keperluan makanan untuk dirinya sendiri dan
untuk yang wajib dinafkahinya, baik manusia ataupun binatang, pada malam hari
raya dan siang harinya.[12]
«{«
PENUTUP
Manusia
terhadap harta ada tiga tingkatan, yaitu:
1)
Sanggup
mengorbankan hartanya untuk keperluan dirinya sendiri, untuk menolong orang
yang susah, membantu kemaslahatan dan kemajuan Agama, kemakmuran Bangsa dan Tanah
Air. Dengan bantuan mereka, Agama Islam dapat hidup dan maju, umat Islam sampai
ke puncak ketinggian dan kesempurnaan, nama mereka akan kekal tercantum dalam
lembaran tarikh, dan di akhirat mereka mendapat ganjaran yang setimpal
dengan kemurahan mereka itu.
2)
Tidak
sanggup membelanjakan hartanya kecuali untuk kesenangan dan kemegahan hawa
nafsunya sendiri. Tingkatan ini tidak jauh bedanya dengan hewan yang liar.
Dengan mereka agama tidak akan dapat kemajuan, malah akan dapat kemunduran.
Dengan mereka agama akan mendapat pandangan yang tak baik dari kaca mata luar.
Orang akan berkata bahwa islam itu adalah agama yang kurang baik, agama yang
tidak dapat mengatur masyarakat. Tetapi, kalau hal ini diselidiki dengan
sebenarnya, dalam Agama Islam sudah tentu akan terdapat bahwa orang yang hanya
mementingkan diri sendiri itu tidak disukai oleh Agama Islam, malah dibenci
sekeras-kerasnya.
3)
Orang
yang telah diberi Allah rizqi, mendapat harta banyak, sedangkan dia
tidak mengambil manfaatnya, baik untuk dirinya, maupun untuk orang lain, hanya
dikumpulkan dan dijaganya supaya jangan keluar dari tangannya. Dia semata-mata
suka dan kasih pada harta, bukan pada manfaatnya. Disangkanya harta itulah yang
akan menjadi buah dari usahanya, tidak dibelanjakannya, baik untuk dirinya
sendiri maupun terhadap kemaslahatan lain. Orang itu kikir terhadap dirinya
sendiri, apalagi terhadap yang lainnya. Paham ini sesungguhnya amat jauh dari
paham yang sehat. Otaknya tak dapat dipergunakan, malah dapat dikatakan otaknya
itu mendekat pada ukuran gila.[13]
وَاللهُ أَعْـلَــمُ بِالصَّـوَابِ
DAFTAR PUSTAKA
H.
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Penerbit C.V. SINAR BARU, Bandung: 1987
H.A. Wahid Sy., Fikih Kelas X Untuk Aliyah, Penerbit ARMICO,
Bandung: 2008
[1]
(Dikutip dari: H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Penerbit C.V. SINAR BARU,
hal.184.)
[2]
(Dikutip dari: H.A. Wahid Sy., Fikih, Penerbit ARMICO, hal.14.)
[3]
(Dikutip dari: H.A. Wahid Sy., Fikih, Penerbit ARMICO, hal.14.)
[4]
(Dikutip dari: H.A. Wahid Sy., Fikih, Penerbit ARMICO, hal.15.)
[5]
(Keterangan Ijma’)
[6]
(Dikutip dari: H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Penerbit C.V. SINAR BARU,
hal.187.)
[7]
(Dikutip dari: H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Penerbit C.V. SINAR BARU,
hal.187.)
[8]
(Dikutip dari: H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Penerbit C.V. SINAR BARU,
hal.187-188.)
[9]
(Dikutip dari: H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Penerbit C.V. SINAR BARU,
hal.188.)
[10]
(Dikutip dari: H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Penerbit C.V. SINAR BARU,
hal.196.)
[11]
(Dikutip dari: H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Penerbit C.V. SINAR BARU,
hal.197.)
[12]
(Dikutip dari: H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Penerbit C.V. SINAR BARU,
hal.198.)
[13]
(Dikutip dari: H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Penerbit C.V. SINAR BARU,
hal.209.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar