Minggu, 13 Mei 2012

GURU MEMBIMBING KEBERHASILAN PESERTA DIDIK


BAB I
PENDAHULUAN

Pada kenyataannya, tidaklah mudah bagi seorang guru untuk membimbing peserta didik ke arah yang lebih baik, dan dikatakan berhasil. Tapi dengan melihat situasi dan kondisi di lapangan atau di sekolah-sekolah, maka dengan cermat seorang guru dapat menentukan ke arah mana mereka akan membawa seorang peserta didik itu, sehingga mencapai tingkat keberhasilan.
Ketika berada ditengah-tengah lingkungan masyarakat ada beberapa  pertanyaan dari pribadi guru itu sendiri. Pertanyaan itu adalah “Apa yang sudah kau lakukan sebagai seorang guru ? Berhasilkah murid-muridmu dalam kehidupan mereka?” Dua pertanyaan tersebut, diberikan jawaban, “Saya sebagai guru dan yang saya peroleh dari bangku kuliah, itulah yang saya berikan. Saya tidak mau disalahkan kalau murid-murid saya gagal dalam kehidupannya, karena saya bukan satu-satunya guru mereka. Banyak guru yang lain. Selain itu, jangan lupakan bahwa mereka memunyai orang tua dan lingkungan masyarakat yang ikut menentukan kehidupan mereka.”
Dari pertanyaan yang diajukan di atas, bisa dikatakan sebagai pertanyaan yang secara implisit mempertanyakan kualitas guru secara professional dan tuntutan guru untuk dapat mengantarkan anak-anak didik menuju pada kehidupan yang baik di kemudian hari. Kalaupun jawaban sang guru seperti yang sudah dijelaskan, sah-sah saja. Sang guru merasa sudah melakukan tugas kompetensi sebagai guru, sesuai dengan bekal yang diperoleh dari bangku kuliah. Bila anak-anak didik mengalami kegagalan dalam kehidupannya, sang guru merasa bukan satu-satunya penyebab hal tersebut. Bagaimana?
Melalui makalah ini akan sedikit menguraikan beberapa usaha yang dilakukan oleh seorang guru, dan bagaimana solusinya jika menghadapi masalah-masalah yang kemungkinan muncul pada peserta didik.

BAB II
GURU MEMBIMBING KEBERHASILAN
PESERTA DIDIK

A.    Hakikat Seorang Guru Sebagai Pembimbing Peserta Didik
Kompetensi yang diperoleh seorang calon guru yang telah menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Calon guru tersebut ditempa dengan ilmu pengetahuan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Selama empat tahun, calon guru tersebut berusaha memahami dan menjiwai bekal yang diberikan dosennya. Ketika pendidikan guru akan selesai, calon guru harus menunjukkan kompetensi mengajar di kelas dan menulis karya ilmiah berupa skripsi. Setelah itu, barulah status sebagai guru telah disandangnya. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa untuk menjadi seorang guru di berbagai jenjang pendidikan tidaklah mudah. Beberapa proses harus dilalui. Ketika menyandang status sebagai guru, kualitasnya telah dijamin oleh perguruan tinggi. Barulah dalam perjalanan selanjutnya, ketika berhadapan dengan para siswa dengan berbagai karakter, potensi, dan kecerdasan, guru memang harus membuka cakrawala wawasannya lebih luas. Perpaduan bekal sebagai guru dari perguruan tinggi dan adaptasi terhadap kenyataan yang dihadapinya dalam proses pembelajaran, harus dilakukan guru. Siswa adalah manusia yang memunyai aspek kognitif, sosial, emosi, spiritual, dan lainnya, tidak dapat diperlakukan sama oleh guru. Bagaimana guru bisa mengupayakan terjadi transformasi ilmu kepada para siswanya dengan mudah. Hal itu berarti guru dituntut untuk aktif  dan dinamis, dengan menambah kualitas kompetensinya. Beberapa cara dapat ditempuh, misalnya dengan menambah referensi membaca dan mengajar, melanjutkan pendidikan strata selanjutnya ke perguruan tinggi, memunyai kelompok guru mata pelajaran untuk selalu bertukar informasi dan pengetahuan, dan masih banyak yang lain.
Keberhasilan siswa dalam kehidupannya juga sebenarnya tidak lepas dari peran seorang guru. Pengamat pendidikan mengatakan bahwa keberhasilan pendidikan dapat dilihat dalam kurun waktu sepuluh tahun yang akan datang. Sekarang cobalah lihat bagaimana karakter masyarakat Indonesia saat ini. Moral dan pandangan hidup masyarakat Indonesia tidak lebih baik. Banyak terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam berbagai aspek kehidupan. Kalau menggunakan pandangan ahli tentang keberhasilan pendidikan, bisa kita lihat , bagaimana pendidikan sepuluh tahun yang lalu dari berbagai jenjang pendidikan di Indonesia. Guru sebagai pelaku pendidikan di sekolah, melakukan tugasnya berdasarkan pedoman kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Jadi, dalam hal ini pemerintah memang memunyai peran dalam pendidikan. Guru sebagai pelaku tunggal pengajar di kelas, memang pemegang tanggung jawab tunggal terhadap keberhasilannya membimbing anak-anak didik. Bila anak-anak tidak berhasil, gurulah yang bersalah. Kesalahan guru dapat meliputi ketika mengajar di kelas tidak ada persiapan (guru tidak membuat perangkat mengajar), tidak menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan, tidak tepat dalam menggunakan metode dan strategi pembelajaran di kelas, membuat soal-soal evaluasi yang tidak sesuai atau tidak berdasar kisi-kisi soal, tidak menggunakan media pembelajaran yang sesuai, dan sebagainya. Kesalahan guru tersebut bila berlangsung rutin (setiap mengajar di kelas), dapat dibayangkan dampaknya pada anak-anak didik. Kompetensi siswa tidak akan terbentuk dengan baik sehingga akan memengaruhi dalam kehidupannya seumur hidup. Kalau berkaitan dengan kegagalan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa akan tidak terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Ketika siswa tersebut nantinya berprofesi sebagai psikiater, ia akan bermasalah saat menyimak keluhan pasien. Lain lagi saat profesinya sebagai pengacara, ia akan bermasalah dalam hal berkomunikasi lisan. Saat berprofesi sebagai dosen, siswa tersebut akan mengalami masalah ketika harus membaca buku dan menulis karya ilmiah. Dengan demikian dapat disimpulkan, guru ikut menentukan keberhasilan siswa.
                Keberhasilan pembelajaran di kelas, tidak lepas dari pemahaman guru terhadap karakter anak-anak didik. Guru secara ikhlas dapat memberikan motivasi kepada anak-anak didik yang membutuhkannya, yang terkadang tidak diperolehnya dari orang tua maupun lingkungan keluarganya. Pahamilah kecerdasan mereka! Pahamilah kecenderungan otak kanan dan otak kirinya! Pahamilah juga jenis modalitas belajar mereka, apakah visual, audio, atau kinestetik? Dari ketiga hal tersebut, guru dengan cerdas dapat menentukan strategi  dan metode pembelajaran yang sesuai dengan jenis kecerdasan, kecenderungan otak kanan dan kirinya, serta modalitas belajar para siswa. Guru yang baik akan melakukan hal-hal yang terbaik untuk anak-anak didiknya. Janganlah menjunjung subjektivitas diri terhadap karakter dan kemampuan siswa. Ukurlah siswa berdasarkan takarannya.
Keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran.[1]
a.      Peran Guru dan Orang Tua
Peran guru terhadap keberhasilan siswa tidak lepas dari sistem yang berlaku di sekolah. Sekolah harus ikut mengondisikan keberlangsungan pendidikan yang baik bagi para anak didik. Tidak akan berarti ada guru berkualitas tetapi sekolah tidak memunyai sistem yang mendukung. Begitu pula sebaliknya, tidak berarti bila sistem pendidikan di sekolah sudah baik tetapi gurunya nol besar. Keduanya harus saling mendukung. Hal tersulit dapat dialami guru karena sekolah tidak menciptakan kultur akademik yang seharusnya. Guru mau tidak mau memang harus mematuhi peraturan kepegawaian yang berlaku di sekolah, tempatnya mengajar (bekerja).
Para orang tua juga tidak boleh egois, dengan menyalahkan guru ketika anak-anaknya gagal. Orang tua seharusnya memunyai sikap “gayung bersambut ”. Apa pun yang diberikan oleh guru dan pemberlakuan sistem pendidikan di sekolah, orang tua harus meneruskannya dan melanjutkannya di lingkungan keluarga. Sesungguhnya hakikat pendidikan adalah ajaran-ajaran orang tua yang disampaikan kepada anak dan dilakukan di lingkungan keluarga. Ingatlah bahwa anak adalah aset yang sangat berharga. Berkaitan dengan pendidikan yang harus diperoleh anak secara formal, pilihkan sekolah terbaik yang di dalamnya terdapat guru-guru yang baik pula. Jangan sampai sesal datang di kemudian hari.
Kebijakan pemerintah juga sangat menentukan penciptaan anak bangsa yang berkualitas. Teruslah untuk selalu menganalisa dan mengevaluasi kebijakan pendidikan yang telah ada. Jangan berhenti. Kebijakan pemerintah untuk menentukan kriteria guru professional yang harus dikuatkan dengan kepemilikan sertifikat pendidik profesional, termasuk kebijakan yang membuat para guru berlomba-lomba meningkatkan kompetensinya. Pemerintah juga sudah bijak dengan memberikan jaminan kesejahteraan terhadap guru yang bersertifikat. Kebijakan untuk sekolah pun harus tetap diperhatikan, seperti berbagai status sekolah, sistem akreditasi sekolah, dan sebagainya.
Harapan terbaik dari orang tua, guru, sekolah, dan pemerintah adalah terciptanya anak-anak bangsa yang berkualitas, berakhlak yang baik, dan mampu membangun karakter bangsa yang kuat di kehidupan mendatang.
b.      Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Oleh Seorang Guru
Slow learning (lamban belajar), merupakan salah satu bentuk kesulitan belajar. Peserta didik yang lamban belajar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, menganalisa apa yang dipelajari, dan mengalami kesulitan dalam memahami is pembelajaran serta sulit membentuk kompetensi, dan mencapai pembelajaran yang diharapkan. Kelambanan perkembangan ini disebabkan oleh tingkat kecerdasan atau IQ di bawah rata-rata umum atau di bawah normal.
Siswa yang slow leaner juga sering mengalami kelambanan dalam pertumbuhan jasmaninya.
c.       Tingkat IQ Kelompok
130 keatas       Pandai sekali (genius)
110 – 129        Panda
90 – 109          Rata-rata atau normal
70 – 89            Kurang pandai
50 – 69            Lemah ingatan
30 – 49            Debiel
Kurang dari 30            Imbeciel -ideot
Anak-anak yang digolongkan lambat belajar (slow leaner) adalah mereka yang memiliki IQ antara 70 sampai dengan 90, yakni yang termasuk klasifikasi kurang pandai.
Ø  Ciri-ciri peserta didik lambat belajar :
1.      Lamban
2.      Kurang mampu : kurang mampu berkonsentrasi , berkomunikasi dengan orang lain, mengemukakan pendapat, serta kurang kreatif, dan mudah lupa.
3.      Tidak berprestasi
4.      Motoriknya lamban
5.      Perilaku negatif.

Ø  Memahami latar belakang peserta didik lambat belajar :
Untuk memberikan bantuan dan bimbingan secara tepat, dan berhasil kepada peserta didik yang lambat belajar, perlu dipahami berbagai hal yang melatarbelakangi,dengan usaha antara lain :
1.      Studi dokumentasi, mempelajari catatan-catatan pribadi, melalui :
2.      Buku catatan pribadi
3.      Dokumen perkembangan pribadi
4.      Catatan kesehatan                        
5.      Mengumpulkan data baru sebagai pelengkap.
Dalam rangka memahami dan mengenal latar belakang peserta didik, sebagai upaya melengkapi informasi yang sudah ada, perlu ditempuh cara lain di samping mempelajari data pribadi peserta didik. Cara lain ini dapat dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :
1.      Home visit (kunjungan rumah)
2.      Tes psikologi
3.      Wawancara dengan orang tua atau temannya
4.      Observasi terhadap kegiatan peserta didik pada waktu bermain, atau bekerja melakukan tugas kelompok untuk memahami hubungan sosial dengan teman-temannya.

B.     Usaha–Usaha Bimbingan
Sesuai ciri-ciri yang dimiliki peserta didik lambat belajar dan latar belakang peserta didik, maka bimbingan yang diberikan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.      Pemberian informasi tentang cara-cara belajar yang efektif, baik cara belajar di sekolah maupun di rumah.
2.      Bantuan penempatan (placement), yakni penempatan peserta didik dalam kelompok-kelompok kegiatan sesuai seperti kelompok belajar, kelompok diskusi, dan kelompok kerja. Bantuan penempatan ini dapat pula berfungsi sebagai perbaikan terhadap masalah dan kesulitan yang dialami peserta didik.
3.      Mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk melakukan konsultasi, mendiskusikan kesulitan-kesulitan peserta didik serta mencari cara-cara pemecahannya, terutama berkaitan dengan cara memberikan dorongan agar peserta didik giat belajar, dan cara-cara melayani atau memperlakukan peserta didik di rumah.
4.      Memberikan pembelajaran remidi (remidial teaching), yaitu mengadakan pembelajaran kembali secara khusus bagi peserta didik yang lamban untuk mengajarkan ketinggalan dari kawan-kawannya.
5.      Memberikan pembelajaran yang konkrit dan aktual
6.      Memberian layanan konseling bagi peserta didik yang menghadapai kesulitan-kesulitan emosional, serta hambatan lain sesuai latar belakang masing-masing.
7.      Memberikan perhatian khusus kepada peserta didik yang lamban, dan berusaha membangkitka motivasi dan kreativitas belajarnya misalnya dengan melalui hadiah dan pujian.

C.    Ciri-Ciri Anak Luar Biasa Di Atas Normal
Peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas normal dapat dibagi menjadi 2 kelompok :
1.      Kelompok pandai sekali : IQ 130 ke atas
2.      Kelompok pandai : 110 – 130
Dua kelompok ini memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.      Berjalan dan berbicara lebih awal dan cepat menguasai kosa kata dalam jumlah banyak
2.      Pertumbuhan jasmani lebih baik
3.      Haus akan ilmu pengetahuan, dan menyukai serta sering mengikuti berbagai perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan
4.      Mampu secara tepat menaruk suatu generalisasi, dapat mengenal hubungan antara fakta yang satu dengan yang lain.
5.      Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga nampak suka membongkar–bongkar mainan dan membangunnya kembali.
6.      Cepat dalam menerima, mengolah, memahami dan menguasai pembelajaran,prestasinya baik sekali dalam semua bidang studi.
7.      Cepat mengerjakan tugas dengan hasil yang baik
8.      Cepat dan tepat dalam bertindak.
9.      Kurang sabar mengikuti hal-hal yang rutin dan monoton
10.  Cenderung tidak memilki gangguan nervus (mudah bingung)
11.  Daya imajinasinya tinggi, dan mampu berpikir abstrak
12.  Cepat dalam bekerja, dan melakukan tugas sehingga banyak memiliki waktu luang.
D.    Prinsip Dasar Membimbing Peserta Didik yang Cerdas
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik cepat belajar:
1.      Perlu diupayakan untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik agar memperoleh perkembangan yang optimal, sehingga dapat dicapai kebahagiaan.
2.      Bimbingan yang diberikan harus sesuai dengan ciri-ciri khusus serta kebutuhan peserta didik yang cepat belajar.
3.      Setiap sekolah harus diatur sedemikian rupa, sehingga tercipta suasana yang aman dan nyaman, dan memungkinkan peserta didik cepat belajar mengembangkan seluruh aspek pribadinya.
4.      Memberikan bimbingan jangan semata-mata menekankan pada perkembangan aspek intelektualnya saja, tetapi perlu dikembangkan aspek lain seperti  sikap, nilai, mental, moral, emosional, sosial, spiritual dan tanggung jawab.
5.      Perlu dikurangi kegagalan dan pemborosan sejauh mungkin dengan jalan mendayagunakan seluruh bakat dan kecerdasan serta krestivitas peserta didik.
Masalah–masalah yang dihadapi peserta didik cepat belajar pada umumnya bersumber dari kondisi-kondisi sebagai berikut:
1.      Kurang atau tidak adanya pengertian dari pihak pendidik (guru, orang tua, kepala sekolah, konselor), mereka tidak mengerti bagaimana memperlakukan peserta didik yang cerdas.
2.      Kurang adanya perhatian dari pihak pendidik. Perhatian pendidik umunya ditujukan kepada peserta didik yang normal, dan peserta didik yang lambat belajar.
3.      Anggapan yang keliru dari pendidik bahwa peserta didik yang cerdas akan mampu atau bisa memelihara, menjaga, dan mengembangkan dirinya sendiri tanpa bombingan orang lain.
4.      Kurang tanggap guru terhadap perilaku peserta didik yang cerdas, bahkan sering dianggap mengganggu pembelajaran, atua mencemoohkan guru. Misalnya mengajukan pertanyaan yang di luar kemempuan guru untuk menjawabnya.
Peserta didik yang tergolong cerdas di atas normal tidak berbeda dengan teman lain, mereka memerlukan perhatian, penghargaan dan kasih sayang, karena hal tersebut merupakan sebagian dari kebutuhan pokok (basic needs).
Jika peserta didik cerdas tidak diperhatikan oleh pendidik, maka akan timbul beberapa reaksi sebagai berikut:
1.      Melarikan diri, pendiam, bersifat introvert, reaksi negatif (withdraw)
2.      Mencari perhatian (making attention). Dalam usaha untuk mencari perhatian dari pendidik setelah selesai mengerjakan tugas, maka adakalanya ditempuh dengan berteriak-teriak di kelas, membuat gaduh, menggoda teman, meledek guru, suka mondar-mandir .
3.      Berpura-pura bodoh. Hal ini dilakukan untuk menghindari disuruh mengajar teman-temannya.

E.     Bimbingan Bagi Peserta Didik Cepat Belajar
Beberapa bentuk layanan yang dapt diberikan guru kepada peserta didik yang cepat belajar :
a.       Usaha percepatan (akselerasi), memberikan pembelajaran dengan sistem modul, memberikan kesempatan kepada siswa cepat belajar menyelesaikan modul sebanyak-banyaknya, tanpa menunggu kawan yang lain. Atau memberikan naik kelas meloncat.
b.      Menyediakan sekolah khusus yang menampung anak-anak cerdas atau berkualitas tinggi, sehingga mereka akan mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuannya.
c.       Jika terpaksa terpaksa anak harus terintegrasi dengan anak-anak normal, maka kepadanya perlu diberi kesempatan untuk memperdalam, dan memperkaya pengetahuannya.
d.      Menyalurkan kemampuan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan ilmiah,mengikut sertakan dalam lomba karya ilmiah dengan demikian kelebihan energi yang dimiliki oleh peserta didik yang cerdas di atas normal dapat disalurkan dan akan bermanfaat.
e.       Melibatkan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengikuti aktivitas-aktivitas organisasi dan sosial.
f.       Untuk mengurangi rasa superior (harga diri berlebih), sebaiknya guru dalam memberikan tugas dilakukan secara proporsional.
g.      Pada saat tertentu guru hendaknya memberikan reinforcement pada peserta didik yang cerdas, hai ini dilakukan untuk meningkatkan semangat atau motivasi untuk lebih berprestasi lagi.
















BAB III
KESIMPULAN

Seorang guru harus mempunyai kesiapan saat berhadapan dengan peserta didik. Karena peserta didik yang berada di depan kita ternyata memiliki berbagai macam perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang guru adalah dari tingkat IQ anak yang berbeda-beda, dari yang tertinggi sampai terendah. Hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan seorang guru dalam membimbing peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung.
Selain hal itu guru juga diharapkan mampu membimbing peserta didik agar berhasil dalam pencapaian belajarnya, dengan menggunakan berbagai macam cara yang telah disiapkan seorang guru, serta dengan melihat situasi yang ada di sekolah, sehingga mampu menggunakan sebuah metode yang cocok untuk kondisi yang ada di dalam kelas.
Yang lebih diutamakan dari seorang guru adalah sebuah kesabaran yang tinggi, dalam melaksanakan tugas mulianya, dan diharapkan bertanggung jawab terhadap ilmu yang telah disampaikan kepada peserta didik, serta dapat melaksanakan amanat dengan sebaik-baiknya.







DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda, 2009
Agustin_smamda.guru-indonesia.net/artikel_detail-21563.html
Wientarq5.wordpress.com/2011/05/25/membimbing-keberhasilan-peserta-didik/



[1] Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda, 2009. Hal : 121

Tidak ada komentar:

Posting Komentar