BAB I
PENDAHULUAN
Pada kenyataannya, tidaklah mudah bagi seorang guru untuk
membimbing peserta didik ke arah yang lebih baik, dan dikatakan berhasil. Tapi
dengan melihat situasi dan kondisi di lapangan atau di sekolah-sekolah, maka
dengan cermat seorang guru dapat menentukan ke arah mana mereka akan membawa
seorang peserta didik itu, sehingga mencapai tingkat keberhasilan.
Ketika berada ditengah-tengah lingkungan masyarakat ada beberapa pertanyaan dari pribadi guru itu sendiri.
Pertanyaan itu adalah “Apa yang sudah kau lakukan sebagai seorang guru ?
Berhasilkah murid-muridmu dalam kehidupan mereka?” Dua pertanyaan tersebut,
diberikan jawaban, “Saya sebagai guru dan yang saya peroleh dari bangku kuliah,
itulah yang saya berikan. Saya tidak mau disalahkan kalau murid-murid saya
gagal dalam kehidupannya, karena saya bukan satu-satunya guru mereka. Banyak
guru yang lain. Selain itu, jangan lupakan bahwa mereka memunyai orang tua dan
lingkungan masyarakat yang ikut menentukan kehidupan mereka.”
Dari pertanyaan yang diajukan di atas, bisa dikatakan sebagai
pertanyaan yang secara implisit mempertanyakan kualitas guru secara
professional dan tuntutan guru untuk dapat mengantarkan anak-anak didik menuju
pada kehidupan yang baik di kemudian hari. Kalaupun jawaban sang guru seperti
yang sudah dijelaskan, sah-sah saja. Sang guru merasa sudah melakukan tugas
kompetensi sebagai guru, sesuai dengan bekal yang diperoleh dari bangku kuliah.
Bila anak-anak didik mengalami kegagalan dalam kehidupannya, sang guru merasa
bukan satu-satunya penyebab hal tersebut. Bagaimana?
Melalui makalah ini akan sedikit menguraikan beberapa usaha yang dilakukan
oleh seorang guru, dan bagaimana solusinya jika menghadapi masalah-masalah yang
kemungkinan muncul pada peserta didik.
BAB II
GURU MEMBIMBING KEBERHASILAN
PESERTA DIDIK
A.
Hakikat Seorang Guru Sebagai Pembimbing Peserta Didik
Kompetensi yang diperoleh seorang calon guru yang telah menempuh
pendidikan di perguruan tinggi. Calon guru tersebut ditempa dengan ilmu
pengetahuan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Selama empat tahun, calon guru
tersebut berusaha memahami dan menjiwai bekal yang diberikan dosennya. Ketika
pendidikan guru akan selesai, calon guru harus menunjukkan kompetensi mengajar
di kelas dan menulis karya ilmiah berupa skripsi. Setelah itu, barulah status
sebagai guru telah disandangnya. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan
bahwa untuk menjadi seorang guru di berbagai jenjang pendidikan tidaklah mudah.
Beberapa proses harus dilalui. Ketika menyandang status sebagai guru,
kualitasnya telah dijamin oleh perguruan tinggi. Barulah dalam perjalanan
selanjutnya, ketika berhadapan dengan para siswa dengan berbagai karakter,
potensi, dan kecerdasan, guru memang harus membuka cakrawala wawasannya lebih
luas. Perpaduan bekal sebagai guru dari perguruan tinggi dan adaptasi terhadap
kenyataan yang dihadapinya dalam proses pembelajaran, harus dilakukan guru.
Siswa adalah manusia yang memunyai aspek kognitif, sosial, emosi, spiritual,
dan lainnya, tidak dapat diperlakukan sama oleh guru. Bagaimana guru bisa
mengupayakan terjadi transformasi ilmu kepada para siswanya dengan mudah. Hal
itu berarti guru dituntut untuk aktif
dan dinamis, dengan menambah kualitas kompetensinya. Beberapa cara dapat
ditempuh, misalnya dengan menambah referensi membaca dan mengajar, melanjutkan
pendidikan strata selanjutnya ke perguruan tinggi, memunyai kelompok guru mata
pelajaran untuk selalu bertukar informasi dan pengetahuan, dan masih banyak
yang lain.
Keberhasilan siswa dalam kehidupannya juga sebenarnya tidak lepas
dari peran seorang guru. Pengamat pendidikan mengatakan bahwa keberhasilan
pendidikan dapat dilihat dalam kurun waktu sepuluh tahun yang akan datang.
Sekarang cobalah lihat bagaimana karakter masyarakat Indonesia saat ini. Moral
dan pandangan hidup masyarakat Indonesia tidak lebih baik. Banyak terjadi
korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam berbagai aspek kehidupan. Kalau
menggunakan pandangan ahli tentang keberhasilan pendidikan, bisa kita lihat ,
bagaimana pendidikan sepuluh tahun yang lalu dari berbagai jenjang pendidikan
di Indonesia. Guru sebagai pelaku pendidikan di sekolah, melakukan tugasnya
berdasarkan pedoman kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Jadi, dalam hal ini
pemerintah memang memunyai peran dalam pendidikan. Guru sebagai pelaku tunggal
pengajar di kelas, memang pemegang tanggung jawab tunggal terhadap
keberhasilannya membimbing anak-anak didik. Bila anak-anak tidak berhasil,
gurulah yang bersalah. Kesalahan guru dapat meliputi ketika mengajar di kelas
tidak ada persiapan (guru tidak membuat perangkat mengajar), tidak menguasai
materi pelajaran yang akan disampaikan, tidak tepat dalam menggunakan metode
dan strategi pembelajaran di kelas, membuat soal-soal evaluasi yang tidak
sesuai atau tidak berdasar kisi-kisi soal, tidak menggunakan media pembelajaran
yang sesuai, dan sebagainya. Kesalahan guru tersebut bila berlangsung rutin
(setiap mengajar di kelas), dapat dibayangkan dampaknya pada anak-anak didik.
Kompetensi siswa tidak akan terbentuk dengan baik sehingga akan memengaruhi dalam
kehidupannya seumur hidup. Kalau berkaitan dengan kegagalan dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia, siswa akan tidak terampil menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Ketika siswa tersebut nantinya berprofesi sebagai
psikiater, ia akan bermasalah saat menyimak keluhan pasien. Lain lagi saat
profesinya sebagai pengacara, ia akan bermasalah dalam hal berkomunikasi lisan.
Saat berprofesi sebagai dosen, siswa tersebut akan mengalami masalah ketika
harus membaca buku dan menulis karya ilmiah. Dengan demikian dapat disimpulkan,
guru ikut menentukan keberhasilan siswa.
Keberhasilan
pembelajaran di kelas, tidak lepas dari pemahaman guru terhadap karakter
anak-anak didik. Guru secara ikhlas dapat memberikan motivasi kepada anak-anak
didik yang membutuhkannya, yang terkadang tidak diperolehnya dari orang tua
maupun lingkungan keluarganya. Pahamilah kecerdasan mereka! Pahamilah
kecenderungan otak kanan dan otak kirinya! Pahamilah juga jenis modalitas
belajar mereka, apakah visual, audio, atau kinestetik? Dari ketiga hal
tersebut, guru dengan cerdas dapat menentukan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
jenis kecerdasan, kecenderungan otak kanan dan kirinya, serta modalitas belajar
para siswa. Guru yang baik akan melakukan hal-hal yang terbaik untuk anak-anak
didiknya. Janganlah menjunjung subjektivitas diri terhadap karakter dan
kemampuan siswa. Ukurlah siswa berdasarkan takarannya.
Keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam
membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru dalam
membimbing peserta didik dalam pembelajaran.[1]
a.
Peran Guru dan Orang Tua
Peran guru terhadap keberhasilan siswa tidak lepas dari sistem yang
berlaku di sekolah. Sekolah harus ikut mengondisikan keberlangsungan pendidikan
yang baik bagi para anak didik. Tidak akan berarti ada guru berkualitas tetapi
sekolah tidak memunyai sistem yang mendukung. Begitu pula sebaliknya, tidak
berarti bila sistem pendidikan di sekolah sudah baik tetapi gurunya nol besar.
Keduanya harus saling mendukung. Hal tersulit dapat dialami guru karena sekolah
tidak menciptakan kultur akademik yang seharusnya. Guru mau tidak mau memang
harus mematuhi peraturan kepegawaian yang berlaku di sekolah, tempatnya
mengajar (bekerja).
Para orang tua juga tidak boleh egois, dengan menyalahkan guru
ketika anak-anaknya gagal. Orang tua seharusnya memunyai sikap “gayung
bersambut ”. Apa pun yang diberikan oleh guru dan pemberlakuan sistem
pendidikan di sekolah, orang tua harus meneruskannya dan melanjutkannya di
lingkungan keluarga. Sesungguhnya hakikat pendidikan adalah ajaran-ajaran orang
tua yang disampaikan kepada anak dan dilakukan di lingkungan keluarga. Ingatlah
bahwa anak adalah aset yang sangat berharga. Berkaitan dengan pendidikan yang
harus diperoleh anak secara formal, pilihkan sekolah terbaik yang di dalamnya
terdapat guru-guru yang baik pula. Jangan sampai sesal datang di kemudian hari.
Kebijakan pemerintah juga sangat menentukan penciptaan anak bangsa
yang berkualitas. Teruslah untuk selalu menganalisa dan mengevaluasi kebijakan
pendidikan yang telah ada. Jangan berhenti. Kebijakan pemerintah untuk
menentukan kriteria guru professional yang harus dikuatkan dengan kepemilikan
sertifikat pendidik profesional, termasuk kebijakan yang membuat para guru
berlomba-lomba meningkatkan kompetensinya. Pemerintah juga sudah bijak dengan
memberikan jaminan kesejahteraan terhadap guru yang bersertifikat. Kebijakan
untuk sekolah pun harus tetap diperhatikan, seperti berbagai status sekolah,
sistem akreditasi sekolah, dan sebagainya.
Harapan terbaik dari orang tua, guru, sekolah, dan pemerintah
adalah terciptanya anak-anak bangsa yang berkualitas, berakhlak yang baik, dan
mampu membangun karakter bangsa yang kuat di kehidupan mendatang.
b.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Oleh Seorang Guru
Slow learning (lamban belajar), merupakan salah satu bentuk
kesulitan belajar. Peserta didik yang lamban belajar akan mengalami kesulitan
dalam mengikuti pembelajaran, menganalisa apa yang dipelajari, dan mengalami
kesulitan dalam memahami is pembelajaran serta sulit membentuk kompetensi, dan
mencapai pembelajaran yang diharapkan. Kelambanan perkembangan ini disebabkan
oleh tingkat kecerdasan atau IQ di bawah rata-rata umum atau di bawah normal.
Siswa yang slow leaner juga sering mengalami kelambanan dalam
pertumbuhan jasmaninya.
c.
Tingkat IQ Kelompok
130 keatas Pandai sekali
(genius)
110 – 129 Panda
90 – 109 Rata-rata
atau normal
70 – 89 Kurang
pandai
50 – 69 Lemah
ingatan
30 – 49 Debiel
Kurang dari 30 Imbeciel
-ideot
Anak-anak yang digolongkan lambat belajar (slow leaner) adalah
mereka yang memiliki IQ antara 70 sampai dengan 90, yakni yang termasuk
klasifikasi kurang pandai.
Ø Ciri-ciri peserta didik lambat belajar :
1.
Lamban
2.
Kurang
mampu : kurang mampu berkonsentrasi , berkomunikasi dengan orang lain,
mengemukakan pendapat, serta kurang kreatif, dan mudah lupa.
3.
Tidak
berprestasi
4.
Motoriknya
lamban
5.
Perilaku
negatif.
Ø Memahami latar belakang peserta didik lambat belajar :
Untuk memberikan bantuan dan bimbingan secara tepat, dan berhasil kepada
peserta didik yang lambat belajar, perlu dipahami berbagai hal yang
melatarbelakangi,dengan usaha antara lain :
1.
Studi
dokumentasi, mempelajari catatan-catatan pribadi, melalui :
2.
Buku
catatan pribadi
3.
Dokumen
perkembangan pribadi
4.
Catatan
kesehatan
5.
Mengumpulkan
data baru sebagai pelengkap.
Dalam rangka memahami dan mengenal latar belakang peserta didik, sebagai
upaya melengkapi informasi yang sudah ada, perlu ditempuh cara lain di samping
mempelajari data pribadi peserta didik. Cara lain ini dapat dilakukan melalui
kegiatan sebagai berikut :
1.
Home
visit (kunjungan rumah)
2.
Tes
psikologi
3.
Wawancara
dengan orang tua atau temannya
4.
Observasi
terhadap kegiatan peserta didik pada waktu bermain, atau bekerja melakukan
tugas kelompok untuk memahami hubungan sosial dengan teman-temannya.
B.
Usaha–Usaha Bimbingan
Sesuai ciri-ciri yang dimiliki peserta didik lambat belajar dan
latar belakang peserta didik, maka bimbingan yang diberikan dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1.
Pemberian
informasi tentang cara-cara belajar yang efektif, baik cara belajar di sekolah
maupun di rumah.
2.
Bantuan
penempatan (placement), yakni penempatan peserta didik dalam kelompok-kelompok
kegiatan sesuai seperti kelompok belajar, kelompok diskusi, dan kelompok kerja.
Bantuan penempatan ini dapat pula berfungsi sebagai perbaikan terhadap masalah
dan kesulitan yang dialami peserta didik.
3.
Mengadakan
pertemuan dengan orang tua untuk melakukan konsultasi, mendiskusikan
kesulitan-kesulitan peserta didik serta mencari cara-cara pemecahannya,
terutama berkaitan dengan cara memberikan dorongan agar peserta didik giat
belajar, dan cara-cara melayani atau memperlakukan peserta didik di rumah.
4.
Memberikan
pembelajaran remidi (remidial teaching), yaitu mengadakan pembelajaran kembali
secara khusus bagi peserta didik yang lamban untuk mengajarkan ketinggalan dari
kawan-kawannya.
5.
Memberikan
pembelajaran yang konkrit dan aktual
6.
Memberian
layanan konseling bagi peserta didik yang menghadapai kesulitan-kesulitan
emosional, serta hambatan lain sesuai latar belakang masing-masing.
7.
Memberikan
perhatian khusus kepada peserta didik yang lamban, dan berusaha membangkitka
motivasi dan kreativitas belajarnya misalnya dengan melalui hadiah dan pujian.
C.
Ciri-Ciri Anak Luar Biasa Di Atas Normal
Peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas normal dapat dibagi
menjadi 2 kelompok :
1.
Kelompok
pandai sekali : IQ 130 ke atas
2.
Kelompok
pandai : 110 – 130
Dua kelompok ini memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.
Berjalan
dan berbicara lebih awal dan cepat menguasai kosa kata dalam jumlah banyak
2.
Pertumbuhan
jasmani lebih baik
3.
Haus
akan ilmu pengetahuan, dan menyukai serta sering mengikuti berbagai perubahan
dan perkembangan ilmu pengetahuan
4.
Mampu
secara tepat menaruk suatu generalisasi, dapat mengenal hubungan antara fakta
yang satu dengan yang lain.
5.
Memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga nampak suka membongkar–bongkar mainan dan
membangunnya kembali.
6.
Cepat
dalam menerima, mengolah, memahami dan menguasai pembelajaran,prestasinya baik
sekali dalam semua bidang studi.
7.
Cepat
mengerjakan tugas dengan hasil yang baik
8.
Cepat
dan tepat dalam bertindak.
9.
Kurang
sabar mengikuti hal-hal yang rutin dan monoton
10.
Cenderung
tidak memilki gangguan nervus (mudah bingung)
11.
Daya
imajinasinya tinggi, dan mampu berpikir abstrak
12.
Cepat
dalam bekerja, dan melakukan tugas sehingga banyak memiliki waktu luang.
D.
Prinsip Dasar Membimbing Peserta Didik yang Cerdas
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan
bimbingan kepada peserta didik cepat belajar:
1.
Perlu
diupayakan untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik agar memperoleh
perkembangan yang optimal, sehingga dapat dicapai kebahagiaan.
2.
Bimbingan
yang diberikan harus sesuai dengan ciri-ciri khusus serta kebutuhan peserta
didik yang cepat belajar.
3.
Setiap
sekolah harus diatur sedemikian rupa, sehingga tercipta suasana yang aman dan
nyaman, dan memungkinkan peserta didik cepat belajar mengembangkan seluruh
aspek pribadinya.
4.
Memberikan
bimbingan jangan semata-mata menekankan pada perkembangan aspek intelektualnya
saja, tetapi perlu dikembangkan aspek lain seperti sikap, nilai, mental, moral, emosional,
sosial, spiritual dan tanggung jawab.
5.
Perlu
dikurangi kegagalan dan pemborosan sejauh mungkin dengan jalan mendayagunakan
seluruh bakat dan kecerdasan serta krestivitas peserta didik.
Masalah–masalah yang dihadapi peserta didik cepat belajar pada
umumnya bersumber dari kondisi-kondisi sebagai berikut:
1.
Kurang
atau tidak adanya pengertian dari pihak pendidik (guru, orang tua, kepala
sekolah, konselor), mereka tidak mengerti bagaimana memperlakukan peserta didik
yang cerdas.
2.
Kurang
adanya perhatian dari pihak pendidik. Perhatian pendidik umunya ditujukan
kepada peserta didik yang normal, dan peserta didik yang lambat belajar.
3.
Anggapan
yang keliru dari pendidik bahwa peserta didik yang cerdas akan mampu atau bisa
memelihara, menjaga, dan mengembangkan dirinya sendiri tanpa bombingan orang
lain.
4.
Kurang
tanggap guru terhadap perilaku peserta didik yang cerdas, bahkan sering
dianggap mengganggu pembelajaran, atua mencemoohkan guru. Misalnya mengajukan
pertanyaan yang di luar kemempuan guru untuk menjawabnya.
Peserta didik yang tergolong cerdas di atas normal tidak berbeda
dengan teman lain, mereka memerlukan perhatian, penghargaan dan kasih sayang,
karena hal tersebut merupakan sebagian dari kebutuhan pokok (basic needs).
Jika peserta didik cerdas tidak diperhatikan oleh pendidik, maka
akan timbul beberapa reaksi sebagai berikut:
1.
Melarikan
diri, pendiam, bersifat introvert, reaksi negatif (withdraw)
2.
Mencari
perhatian (making attention). Dalam usaha untuk mencari perhatian dari pendidik
setelah selesai mengerjakan tugas, maka adakalanya ditempuh dengan
berteriak-teriak di kelas, membuat gaduh, menggoda teman, meledek guru, suka
mondar-mandir .
3.
Berpura-pura
bodoh. Hal ini dilakukan untuk menghindari disuruh mengajar teman-temannya.
E.
Bimbingan Bagi Peserta Didik Cepat Belajar
Beberapa bentuk layanan yang dapt diberikan guru kepada peserta
didik yang cepat belajar :
a.
Usaha
percepatan (akselerasi), memberikan pembelajaran dengan sistem modul, memberikan
kesempatan kepada siswa cepat belajar menyelesaikan modul sebanyak-banyaknya,
tanpa menunggu kawan yang lain. Atau memberikan naik kelas meloncat.
b.
Menyediakan
sekolah khusus yang menampung anak-anak cerdas atau berkualitas tinggi,
sehingga mereka akan mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengembangkan kemampuannya.
c.
Jika
terpaksa terpaksa anak harus terintegrasi dengan anak-anak normal, maka
kepadanya perlu diberi kesempatan untuk memperdalam, dan memperkaya
pengetahuannya.
d.
Menyalurkan
kemampuan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan ilmiah,mengikut sertakan dalam
lomba karya ilmiah dengan demikian kelebihan energi yang dimiliki oleh peserta
didik yang cerdas di atas normal dapat disalurkan dan akan bermanfaat.
e.
Melibatkan
dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengikuti
aktivitas-aktivitas organisasi dan sosial.
f.
Untuk
mengurangi rasa superior (harga diri berlebih), sebaiknya guru dalam memberikan
tugas dilakukan secara proporsional.
g.
Pada
saat tertentu guru hendaknya memberikan reinforcement pada peserta didik yang
cerdas, hai ini dilakukan untuk meningkatkan semangat atau motivasi untuk lebih
berprestasi lagi.
BAB III
KESIMPULAN
Seorang guru harus mempunyai kesiapan saat berhadapan dengan
peserta didik. Karena peserta didik yang berada di depan kita ternyata memiliki
berbagai macam perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang guru adalah dari
tingkat IQ anak yang berbeda-beda, dari yang tertinggi sampai terendah. Hal ini
sangat mempengaruhi keberhasilan seorang guru dalam membimbing peserta didik
saat proses pembelajaran berlangsung.
Selain hal itu guru juga diharapkan mampu membimbing peserta didik
agar berhasil dalam pencapaian belajarnya, dengan menggunakan berbagai macam
cara yang telah disiapkan seorang guru, serta dengan melihat situasi yang ada
di sekolah, sehingga mampu menggunakan sebuah metode yang cocok untuk kondisi
yang ada di dalam kelas.
Yang lebih diutamakan dari seorang guru adalah sebuah kesabaran
yang tinggi, dalam melaksanakan tugas mulianya, dan diharapkan bertanggung
jawab terhadap ilmu yang telah disampaikan kepada peserta didik, serta dapat
melaksanakan amanat dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, E. Menjadi
Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Rosda,
2009
Agustin_smamda.guru-indonesia.net/artikel_detail-21563.html
Wientarq5.wordpress.com/2011/05/25/membimbing-keberhasilan-peserta-didik/
[1] Mulyasa, E.
Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
Rosda, 2009. Hal : 121
Tidak ada komentar:
Posting Komentar