BAB I
PENDAHULUAN
Dari sekian banyak tranding topik yang bermunculan, guru merupakan
topik yang tidak pernah habis dibahas sekurang-kurangnya selama dasawarsa
terakhir. Pembahasan tentang guru tersebar diberbagai media massa,
diperdebatkan di dalam diskusi-diskusi akademik, diangkat permasalahannya di
dalam seminar-seminar. Membahas tentang guru selalu aktual, karena permasalahan
guru sendiri dan dunia pendidikan yang menyangkutnya selalu diperbincangkan.
Misalnya, sekelumit deskripsi ketidak sukaan masyarakat pada guru
bisa kita saksikan tiap akhir tahun ajaran. Tidak sedikit orang tua murid yang
merasa kecewa pada guru karena anaknya tidak lulus. Mereka menuding guru tidak
bisa mengajar dan mendidik. Dari masyarakat pendidikan sendiri, tidak sedikit
siswa yang marah dan kecewa terhadap guru karena ia tidak berhasil lulus pada
test ujian Nasional. Pemandangan seperti ini, tiap tahun kelulusan
sekolah-sekolah selalu kita saksikan baik secara langsung atau melalui media
massa.
Muhibbin Syah, M.Ed. dalam bukunya Psikologi Pendidikan, bahkan
mengatakan bahwa, “profesi guru yang dianggap “kering”, dalam arti kerja keras
para guru membangun sumber daya manusia (SDM) hanya sekedar untuk
mempertahankan kepulan asap dapur mereka saja. Bahkan, harkat dan derajat
mereka di mata masyarakat merosot, seolah-olah menjadi warga second class
(kelas kedua). Kemorosotan ini terkesan hanya karena mereka berpenghasilan jauh
dibawah rata-rata kalangan profesi lainnya.
Tugas yang sangat mulia yang diemban oleh seorang guru agar
dilaksanakan dengan penuh keikhlasan dan mengharuskan seorang guru
mengembangkan pengalaman dan pengetahuan di era globalisasi seperti sekarang
ini, demi meningkatnya kualitas ilmu pengetahuan yang diterima oleh peserta
didik.
Guru dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan zaman, baik dari
segi ilmu pengetahuan maupun dari segi teknologi. Karena hal tersebut sangat
berpengaruh bagi anak didik kita.
Guru harus mampu menghadapi tantangan yang kemungkinan muncul
dengan variasi yang berbeda-beda. Tantangan demi tantangan harus dihadapi
dengan berbagai trik-trik atau dengan cara tersendiri, sesuai dengan model
tantangannya seperti apa.
Dalam zaman yang sudah berkembang seperti sekarang ini, guru harus
mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Diantara tantangan-tantangan bagi guru yang akan menjadi sebuah
fenomenal dan akan muncul di hadapan, pada makalah ini saya akan coba
membahasnya.
Beberapa hal yang harus dipersiapkan agar guru siap dan mampu
menghadapinya dengan baik dan benar menurut aturan-aturan yang telah
ditetapkan.
BAB II
TANTANGAN PROFESI GURU
DI ERA GLOBALISASI
A.
Tantangan Bagi Seorang Guru
Dalam pendahuluan adalah secuil dari permasalahan guru, khusunya
masalah internal guru. Selain dihadapkan pada persoalan internal, guru juga
mempunyai tantangan eksternal yang harus dihadapinya. Menurut Indra Djati Sidi,
Ph.d. dalam bukunya Menuju Masyarakat Belajar, guru mempunyai dua persoalan
eksternal, yaitu pertama, krisis etika dan moral anak bangsa, dan yang kedua,
tantangan masyarakat global.
Persoalan etika dan moral anak bangsa, sesungguhnya bukan hanya
permasalah guru. Namun, jika yang dibidiknya adalah moral pelajar, maka tidak
ada alasan guru tidak dilibatkan. Guru sebagai pengajar dan pendidik, memang
tidak hanya harus “membina” para murid dari segi kognitif dan psikomotoriknya
demi peningkatan nilai angka. Akan tetapi, seorang guru sangat dituntut agar apa
yang ia ajarkan dipraktekan oleh para muridnya dalam kehidupan.
Disamping itu, yang terpenting seorang guru harus bisa mengubah
pola pikir dan perilaku para siswa agar lebih baik dan mampu menciptakan
pelajar yang etis-moralis. Guru adalah orang yang bertanggung jawab atas
peningkatan moral pelajar juga kemorosotannya. Dengan demikian, tugas guru
tidak terbatas pada pengajaran mata pelajaran, tapi yang paling urgen adalah
pencetakan karakter murid. Tantangan persoalan ini memang sangat sulit bagi
para guru, keterbatasan kontroling guru pada murid kerap membuatnya kecolongan.
Sehingga tidak sedikit murid didikannya yang trebawa arus perilaku amoral
diluar pengetahuannya.
Persoalan pertama ini, memang selalu menjadi persoalan utama yang
harus diperbaiki dan diperbaikai oleh para guru. Tantangan etika moral siswa
adalah tantangan guru dari masa kemasa, mungkin karena pendidikan dipandang
sebagai proses memanusiakan manusia. Maka, untuk mensukseskan proses itu guru
harus lebih sibuk dan teliti dalam mengajar, mengontrol dan menjaga etika moral
siswa kearah perbaikan.
B.
Tantangan Bagi Guru Di Era Globalisasi
Disamping masalah besar pertama tadi, guru juga harus menghadapi
permasalahan lainnya yaitu tantangan masyarakat global. Di era globalisasi,
guru sangat dituntut meningkatkan profesionalitasnya sebagai pengajar dan
pendidik. Disamping profesionalitas, guru juga harus menghadapi beberapa kata
kunci dunia pendidikan yaitu, kompetisi, transparansi, efisiensi, dan kualitas
tinggi. Dari segi sosial, masayarakat global akan menjadi sangat peka dan
peduli terhadap masalah-masalah demokrasi, hak asasi manusia, dan isu
lingkungan hidup.
Kendala tersebut harus dihadapi guru dengan sangat arif. Maka tidak
heran jika pemerintah mengadakan sertifikasi guru, agar profesionalitas guru
terwujud. Perhatian pemerintah memberi solusi terhadap persoalan dunia
pendidikan khsusunya guru, di implementasikannya dengan sertifikasai guru dan
meningkatkan kesejahteraanya dengan peningkatan tunjangan pendidikan. Dengan
demikian, kulaitias mutu pendidikan harus sangat diperhatikan bagi para guru
untuk menyelamatkan profesinya.
Menanggapi persoalan tersebut, dalam peningkatan kualiatas
pengajaran, guru harus bisa mengembangkan tiga intelejensi dasar siswa. Yaitu,
intelektual, emosional dan moral. Tiga unsur itu harus ditanamkan pada diri
murid sekuat-kuatnya agar terpatri didalam dirinya. Hal lain yang harus
diperhatikan guru adalah dimensi spiritual siswa.
Intelektual murid harus luas, agar ia bisa menghadapi era
globalisasi dan tidak ketinggalan zaman apalagi sampai terbawa arus. Selain
itu, dimensi emosional dan spiritual pelajar harus terdidik dengan baik, agar
bisa melahirkan perilaku yang baik dan murid bisa bertahan di antara tarik-ulur
pengaruh demoralisasi diera globalisasi dengan prinsip spiritualnya.
Disamping itu, untuk mempertahankan profesinya, guru juga harus
memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi
keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, mampu berkomunikasi baik dengan
anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, dan mempunyai etos kerja
dan komitmen tinggi terhadap profesinya. Dengan demikian, tantangan guru di era
glbalisasi tidak akan menggusurnya pada posisi yang tidak baik, sebagaimana
diatas.
Secara konseptual guru sebagai tenaga profesional harus memenuhi
berbagai persyaratan kompetensi untuk menjalankan tugas dan kewenangannya
secara profesional, sementara kondisi real di lapangan masih amat
memperhatikan, baik secara kuantitas, kualitas maupun profesionalitas guru.
Persoalan ini masih ditambah adanya berbagai tantangan ke depan yang masih
kompleks di era global ini. Berikut ini diuraikan sejauh mana tantangan guru di
masa depan sebagai wawasan dalam rangka menambah khasanah untuk dipergunakan
sebagai pertimbangan dalam meningkatkan profesionalisme guru.
Sebagai seorang profesional, guru seharusnya memiliki kapasitas
yang memadai untuk melakukan tugas membimbing, membina, dan mengarahkan peserta
didik dalam menumbuhkan semangat keunggulan, motivasi belajar, dan memiliki
kepribadian serta budi pekerti luhur yang sesuai dengan budaya bangsa
Indonesia. Namun emikian, kita semua mengetahui bahwa begitu banyak tantangan
yang dihadapi oleh seorang guru dalam upaya untuk melaksanakan tugasnya secara
profesional di masa datang, yaitu dalam menghadapi masyarakat abad 21.
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan beratnya tantangan yang
dihadapi oleh profesi keguruan dalam usaha untuk meningkatkan kewibawaannya di
mata masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Dedi Supriadi sebagai berikut: (1)
kekurangjelasan tentang definisi profesi keguruan (2) desakan kebutuhan
masyarakat dan sekolah akan guru (3) sulitnya standar mutu guru dikendalikan
dan dijaga (4) PGRI belum banyak aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang secara
sistematis dan langsung berkaitan dengan peningkatan profesionalisme guru (5)
perubahan yang terjadi dalam masyarakat melahirkan tuntutan baru terhadap peran
(role expectation) yang seharusnya dimainkan oleh guru.[1]
Masyarakat dunia saat ini masuk ke dalam pergaulan era globalisasi.
Tidak terkecuali saya, anda, guru, siswa, dosen, mahasiswa, pebisnis, instansi
pemerintahan, pendidikan dan siapa saja. Suka atau tidak arus globalisasi
adalah arus yang irreversible (tak dapat ditolak).
Hadirnya berbagai jenis komputer dan internet di dunia pendidikan
memberikan banyak tawaran dan pilihan dalam rangka menunjang proses
pembelajaran. Keunggulan yang ditawarkan bukan saja kecepatan untuk mendapatkan
informasi, tetapi fasilitas multimedia yang dapat membuat belajar lebih menarik,
visual, dan interaktif. Bagamana dengan guru sebagai ujung tombak pendidikan?
Apakah siap menghadapi tantangan ini?
Sebagian besar guru merasa ragu dan tidak akrab dengan teknologi
informasi semacam internet. Bahkan ada yang menganggap hanya mengganggu kosentrasi
belajar siswanya. Benar! Jika siswa lebih dahulu menguasai teknologi informasi
ketimbang gurunya. Dan yang dilakukan siswa di warnet biasanya aktifitas
bermain game online. Kenapa bisa terjadi demikian? Ya…karena mereka tidak
mendapat petunjuk yang benar bagaimana cara memanfaatkan teknologi informasi
untuk menunjang prestasi belajarnya.
Berikut adalah kutipan dari LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN
NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2007 TANGGAL 4 MEI 2007 tentang STANDAR KUALIFIKASI
AKADEMIK DAN KOMPETENSI GURU :
24. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri
ü 24.1. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
berkomunikasi.
ü 24.2. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pengembangan diri.
Kutipan di atas adalah Standar Kompetensi (Kompetensi Profesional}
Guru PAUD/TK/RA/SD/MI. Sengaja saya pilih yang itu karena pesan pada kutipan di atas cukup jelas. Pertanyaannya
“kapan lagi kita manfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi
dan pengembangan diri agar menjadi guru yang benar-benar profesional?”
C.
Gambaran Masyarakat di Era Globalisasi
Untuk memberikan gambaran tentang tantangan guru yang prfeesional
di masa depan, perlu melihat karakteristik masyarakat di era globalisasi
dikaitkan dengan peran pendidikan. Menurut Tilaar (1999), setidaknya terdapat
tiga karakteristik masyarakat di abad 21, yaitu: (1) masyarakat teknologi; (2)
masyarakat terbuka; (3) masyarakat madani.
a.
Masyarakat Teknologi
Masyarakat teknologi yang dimaksud adalah suatu masyarakat yang
telah melek teknologi dan menggunakan berbagai aplikasi teknologi, sehingga
dapat mengubah cara berfikir dan bertindak bahkan mengubah bentuk dan pola
hidup manusia yang sama sekali berlainan dengan kehidupan sebelumnya. Kemajuan
teknologi kkomunikasi telah mebuat jarak dan waktu semakin pendek dan cepat,
sehingga seolah-olah dunia menjadi satu tanpa ada sekat yang membatasi
bangsa-bangsa, negara-negara, bahkan pribadi-pribadi. Kemajuan teknologi dapat
memajukan kehidupan manusia, tetapi dapat pula menghancurkan kebudayaan umat
manusia. Untukitu, dalam mengiringi kemajuan teknologi tersebut diperlukan
upaya penghayatan, di samping penguasaan teknologi itu sendiri.
Dalam maysarakat seperti itu, peran pendidikan dan guru sangat penting
dan strategis, terutama dalam memberikan bimbingan, dorongan, semangat, dan
fasilitas kepada masyarakat dan peserta didik untukmemperoleh ilmu pengetahuan
dan keterampilan menggunakan teknologi. Selain itu, tidak kalah pentingnya
adalah peran pendidikan dalam memberikan arahan dan bimbingan agar penguasaana
teknologi tidak menjadi bumerang bagi masyarakat, yang disebabkan kurangnya
penghayatan terhadap etika.
Pendidikan dan guru dapat menumbuhkan pemahaman etika yang benar,
agar kehidupan manusia tidak terancam oleh karena kemajuan teknologi itu
sendiri. Manakala pendidikan mengisyaratkan adanya keharusan peserta didik
untuk menguasai teknologi, maka tentu tidak kalah pentingnya peran guru itu
sendiri untuk lebih dulu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat
memberikan pengetahuan dan keterampilan teknologi terkini kepada peserta
didiknya.
Penguasaan terhadap IPTEK memang harus diiringi dengan pemahaman
etika yang benar agar moral bangsa kita tetap terjaga dengan baik sehingga
tidak terjadi lagi perlanggaran2 etika yang terkait dengan teknologi.
Karena IPTEK adalah sesuatu yang sangat cepat dalam
perkembangannya, banyak perubahan-perubahan yang muncul ketika ilmu pengetahuan
dan teknologi berada di tengah-tengah masyarakat seperti sekarang ini. Banyak
orang-orang yang semakin pintar membuat sesuatu yang baru sehingga dapat
mengalahkan apa-apa yang muncul pada sebelum-sebelumnya.
b.
Masyarakat Terbuka
Lahirnya teknologi komunikasi yang demikian maju, membuat dunia
menjadi satu seolah tanpa sekat, sehingga komunikasi antar pribadi menjadi
makin dekat dan hampir tanpa hambatan, yang pada akhirnya melahirkan masyarakat
terbuka. Dalam masyarakat terbuka, antara bangsa satu dengan bangsa lain dapat
saling mempengaruhi dalam berbagai hal, termasuk mempengaruhi budaya bangsa
lain. Hal itu mengancam kehiudpan masyarakat lain oleh karena adanya
kemungkinan penguasaan atau dominasi oleh mereka yang lebih kuat, yang
berprestasi dan yang memilikimodal terhadap masyarakat yang lemah, tidak
berdaya dan miskin.
Untuk itu, dalam masyarakat terbuka diperlukan manusia yang mampu
mengembangkan kapasitasnya agar menjadi manusia dan bangsa yang kuat, ulet,
kreatif, disiplin, dan berprestasi, sehingga tidak menjadi korban dan tertindas
oleh zaman yang penuh dengan persaingan.
Setiap manusia mempunyai kesempatan yang tidak terbatas untuk
belajar dan mengembangkan diri atau bahkan melalui kapasitasnya memberikan
sumbangan kepada masyarakat lainnya, baik masyarakat lokal maupun masyarakat
dunia. Tetapi sebaliknya, bila kapasitas sumber daya manusia itu tidak
dikembangkan, maka akan menjadi manusia dan masyarakat yang lemah dan tidak
berdaya, yang pada akhirnya akan menjadi boneka atau korban bagi mereka yang
lebihkuat, lebih kreatif dan memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Peran
pendidikan sangatlah penting untuk meningkatkan harkat dan martabat suatu
masyarakat dan bangsa, agar tidak menjadi bangsa pelayan yang dapat diperintah
bangsa lain. Sangat ironis bila bangsa kita yang besar ini tidak mampu bersaing
dengan bangsa2 lain, yang hanya mengandalkan kuantitas tanpa kualitas, yang
mngandalkan banyak sikil ketimbang skill ..tentu sudah saatnya bagi bangsa ini
untuk mengirimkan tenaga2 ahli/profesional ke luar negeri dan bukan mengirimkan
PRT/tenaga kasar/buruh ke luar negeri yang hanya bisa menjadi budak bagi
bangsa2 lain.
c.
Masyarakat Madani
Masyarakat madani merupakan wujud dari suatu masyarakat terbuka, di
mana setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dan keterampilan menggunakan teknologi, berkarya, berprestasi dan
memberikan sesuatu sesuai dengankapasitasnya. Masayraakat madani tumbuh
berkembang dalam suatu masyarakat yang saling hormat-menghormati, bukan atas
dasar asal-usul atau keturunan, tetapi berdasarkan pada kemampuan individual,
memiliki toleransi dan tanggungjawab terhadap kehiudpan pribadi maupun
masyrakatnya, serta menjunjung tinggi rasa kebersamaan untuk mencapai
kesejahteraan bersama.
Masyarakat madani adalah masyarakat yang saling menghargai satu
dengan yang lain, yang mengakui akan hak-hak asasi manusia, yang menghormati
prestasi individual, dan masyarakat yang turut bertanggung jawab terhadap
kelangsungan hidup dari masyarakatnya, termasuk nilai-nilai etis yang diyakini
kebenarannya.
Masyarakat madani tumbuh dan berkembang bukan dengan sendirinya dan
bukan tanpa upaya terencana, tetapi masyarakat yang dibangun melalui
pendidikan. Kunci terwujudnya masyarakat madani adalah pendidikan, karena
melalui pendidikan dapat dibangun sumberdaya yang berkualitas dengna
kepribadian yang sesuai dengan budaya serta kesadaran individu hidup
berdampingna untuk mencapai tujuan bersama.
D.
Tantangan Guru Sebagai Tenaga Profesional
Berdasarkan paparan di atas, setidaknya kita dapat memperoleh
gambaran tentang apa dan bagaimana karakteristik masyarakat pada abad 21 dan
apa peran pendidikan pada masa yang akan datang serta tantangan bagi seorang
guru untuk menyikapinya. Pendidikan pada dasarnya tidak terlepas dari peran
penting guru sebagai tulang punggung dan penopang utama dalam proses
penyelenggaraan pendidikan.
Tantangan guru profesional untuk menghadapi masyarakat abad 21
tersebut dapat dibedakan menjadi tantangna yang bersifat internal dan kesternal.
Tantangan intenal adalah tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dan bangsa
Indonesia, diantaranya penguatan nilai kesatuan dan pembinaan moral bangsa,
pengembangan nilai-nilai demokrasi, pelaksanaan otonomi daerah, dan fenomena
rendahnya mutu pendiidkan. Sementara tantangan eksternal adalah tantangan guru
profesional dalam menghadapi abad 21 dan sebagai bagian dari masyarakat dunia
di era global.
a.
Tantangan Internal
·
Penguatan
nilai kesatauan dan pembinaan moral bangsa
Krisis yang berkepanjangan memberi kesan keprihatinan yang dalam
dan menimbulkan berbagai dampak yang tidak menguntungkan terhadap kehidupan
bermasyarakat di Indonesia. Hal itu terutama dapat dilihat mulai adanya gejala
menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat, menurunnya rasa kebersamaan,
lunturnya rasa hormat dengan orang tua, sering terjadinya benturan fisik antara
peserta didik, dan mulai adanya indikasi tidak saling menghormati antara sesama
teman, yang pada akhirnya dikhawatirkan dapat mengancam kesatuan dan persatuan
sebagai bangsa.
Pendidikan berupaya menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta
didik dan tantangan nyata bagi guru adalah bagaimana seorang guru
memilikikepribadian yang kuat dan matang untuk dapat menanamkan nilai-nilai
moral dan etika serta meyakinkan peserta didik terhadap pentingnya rasa
kesatuan sebagai bangsa. Rasa persatuan yang telah berhasil ditanam berarti
bahwa seseorang merasa bangga menjadi bangsa Indonesia yang berarati pula
bangsa terhadap kebudayaan Indoensia yang menjunjung tinggi etika dan nilai
luhur untuk siap menjadi masyarakat abad 21 yang kuat dan dapat mewujudkan
demokrasi dalam arti sebenarnya.
b.
Tantangan Eksternal
Kecenderungan kehidupan dalam era globalisasi adalah mempunyai
dimensi domestik dan global, yaitu kehidupan dalam dunia yang terbuka dan
seolah tanpa batas, tetapi tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Dengan
situasi kehidupan demikian, akan melahirkan tantangan dan peluang untuk
meningkatkan taraf hidup bagi masyarakatnya, termasuk para guru yang
profesional.
Kehidupan global yang terbuka, seakan-akan dunia seperti sebuah
kampuang dengan ciri perdagangan bebas, kompetisi dan kerjasama yang saling
menguntungkan, memerlukan manusia yang bermutu dan dapat bersaing dengan sehat.
Dalam melakukan persaingan, diperlukan mutu individu yang kreatif dan inovatif.
Kemampuan individu untuk bersaing seperti itu, hanya dapat dibentuk oleh suatu
sistem pendidikan yang kondusif dan memiliki guru yang profesional dalam
bidangnya.
Untuk itu, tantangan bagi guru profresional dalam menghadapi
globalisasi adalah bagaimana guru yang mampu memberi bekal kepada peserta
didik, selain ilmu pengetahuan dan teknologi, juga menanamkan sikap disiplin,
kreatif, inovatif, dan kompetitif. Dengan demikian para sisiwa mempunyai bekal
yang memadai, tidak hanya dalam hal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
relevan tetapi juga memiliki karakter dan kepribadian yang kuat sebagai bangsa
Indonesia.
·
Pengembangan
Nilai-Nilai Demokrasi
Demokrasi dalam bidang pendidikan adalah membangun nilai-nilai
demokratis, yaitu kesamaan hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan
yang layak dan juga kewajiban yang sama bagi masyarakat untuk membangun
pendidikan yang bermutu. Dalam pengertian ini, guru sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari proses pendidikan itu sendiri mempunyai tantangan bagiamana
membantu dan mengembangkan diri peserta didik menjadi manusia yang tekin,
kreatif, kritis, dan produktif dan tidak sekedar menjadi manusia yang selalu
mengekor seperti ‘bebek’ yang hanya menerima petunjuk dari atasan dalam
mewujudkan pendidikan yang demokratis, perlu dilakukan berbagai penyesuaian
dalam sistem pendidikan nasional.
Sejalan dengan itu, pemberlakuan otonomi daerah memberikan peluang
melakukan berbagai perubahan dalam penataan sistem pendidikan yang pada
hakekatnya adalah memberikan kesempatan lebih besar kepad adaerah dan sekolah
untuk mengembangkan proses pendidikan yang bermutu sesuai dengan potensi yang
dimilikinya, termasuk potensi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai bentuk
untuk membantu meningkatkan mutu pendidikan.
Pendidikan berbasis masyarakat dan manajemen berbasis sekolah
merupakan perwujudan nyata dari demokrasi dan desentralisasi pendidikan yang
bertujuan untuk lebih memberdayakan sekolah dan masyarakat dalam proses
pendidikan demi mencapai prestasi sesuai kemampuannya. Guru memiliki peran
strategis dalam rangka mewujudkan prestasi bagi peserta didiknya. Untuk itu,
tantangan bagi guru dalam wacana desentralisasi pendidikan adalah bagaimana
melakukan inovasi pembelajaran sehingga dapat membimbing dan menuntun peserta
didik mencapai prestasi yang diharapkan.
E.
Fenomena Rendahnya Mutu Pendidikan
Berbagai hasil studi dan pengamatan terhadap mutu pendidikan pada
berbagai negara menunjukkan bahwa secara makro mutu pendidikan di Indonesia
masih rendah, dan bahkan secara nilai rata-rata di bawah peringkat negara Asean
lainnya. Walaupun demikian, secara individual ada beberapa diantara peserta
didik mampu menunjukkan prestasinya di lomba-lomba bertaraf internasional,
seperti pada Olimpiade Fisika. Untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas,
diperlukan proses pendidikan yang bermutu dan kunci utama dalam peningkatan
mutu pendidikan adalah mutu guru. Proses pendidikan dalam masyarakat abad 21
adalah suatu interaksi antara guru dengan peserta didik sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat yang demokratis dan terbuka.
Masyarakat yang demikian menuntut adanya pelayanan yang profesional
dari para pelakunya dan guru adalah seorang profesional dalam masyarakat
seperti itu. Dengan kata lain, guru dituntut untuk berperlaku dan memiliki
karakteristik profesional oleh karena tuntutan dan sifat pekerjaanya dan
bersaing dengan profesi-profesi lainnya. Dalam masyarakat abad 21, hanya akan
menerima seorang yang profesional dalam bidang pekerjaannya. Tantangan guru
pada masyarakat abad 21 adalah bagaimana menjadi seorang guru yang profesional
untuk membangun masyarakat yang mandiri, memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi, berprestasi, saling menghormati atas dasar kemampuan individual,
menjunjung tinggi rasa kebersamaan, dan mematuhi nilai-nilai hukum yang berlaku
dan disepakati bersama.
BAB III
PENUTUP
Kita sebagai seorang pendidik harus cekatan dalam menghadapi
persoalan yang ada, terutama pada perubahan-perubahan IPTEK yang telah
bermunculan. Sebagai bukti bahwa kita sebagai seorang pendidik dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan zaman yang sekarang, yaitu di era
globalisasi ini.
Mengapa guru dituntut agar dapat menaklukkan tantangan-tantangan
yang ada, dikarenakan demi memajukan serta membimbing para peserta didik ke
arah yang baik, yang diharapkan oleh bangsa ini, yaitu sebagai generasi penerus
bangsa yang kreatif, inovatif dan lain sebagainya.
Maka, mari kita benahi diri kita semua untuk menghadapi
permasalahan-permasalahan yang baru, yang akan muncul di hadapan kita sebagai
seorang pendidik, agar kita dapat menjadi teladan bagi anak-anak kita dan
peserta didik kita, menuju kepada masa depan yang lebih cerah lagi kedepannya
dan sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D, Pengembangan Profesi Guru, Alfabeta,
Bandung, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar