Minggu, 13 Mei 2012

PENDIDIKAN ISLAM LUAR SEKOLAH DALAM PRAKTEK


BAB III
PENDIDIKAN ISLAM LUAR SEKOLAH
DALAM PRAKTEK

A.    Bentuk dan Model Pendidikan Luar Sekolah
1.      Bentuk Pendidikan Islam Luar Sekolah
a.       Pendidikan di Lingkungan Keluarga
Kita mulai pembahasan ini dengan terlebih dahulu menginsafkan bahwa harta benda dan ank-anak kita adalah karunia Ilahi kepada kita sebagai ujian atau percobaan (fitnah), apakah kita dapat memanfaatkan harta itu dan mendidik anak tersebut dengan baik atau tidak. Sebab tidak perlu diragukan lagi bahwa harta dan anak adalah unsur-unsur utama kehidupan manusia, yang membuatnya memperoleh kebahagiaan lahir dan duniawi.
Karena harta dan anak adalah hiasan hidup duniawi, maka sesungguhnya kehidupan duniawi ini adalah permainan, kesenangan dan kemegahan, serta saling bangga dan saling berlomba dalam banyak harta dan anak. Disisi lain dari harta dan anak adalah kemungkinannya dengan mudah berubah dari sumber kebahagiaan, menjadi sumber kesengsaraan dan kenistaan yang tidak terkira. Kalau kita tidak sanggup memanfaatkan harta dan mendidik anak tersebut sesuai dengan pesan dan amanat Allah SWT.
Oleh karena itu pembicaraan tentang PAI di lingkungan rumah tangga sebagai peringatan. Benarkah Pendidikan Agama Islam di lingkungan rumah tangga mempunyai peran positif? Dapatkah hal itu dibuktikan dengan menunjukkan contoh-contoh nyata.
Agama dan pendidikan agama
Agama jika diartikan adalah keseluruhan tingkah laku manusia yang terpuji yang dilakukan demi memperoleh ridho Allah SWT. Agama dengan kata lain meliputi keseluruhan tingkah laku manusia dalam hidup ini, yang tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia, berbudi luhur (berakhlak karimah), atas dasar percaya atau iman kepada Allah SWT. dan bertanggung jawab pribadi di hari kemudian.
Pendidikan untuk pertumbuhan total seorang anak didik.
Nabi Muhammad SAW. menegaskan bahwa beliau diutus hanyalah untuk menyempurnakan berbagai keluhuran budi. Hal ini diungkapkan dalam sebuah hadits terkenal, “sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan berbagai keluhuran budi” (innamaa bu’itstu li utammima makaarimal akhlaaq).
Karena itu peran orang tua dalam mendidik anak melalui pendidikan keagamaan yang benar adalah amat penting. Dan di sini yang ditekankan, memang pendidikan oleh orang tua, bukan pengajaran. Sebagian dari usaha pendidikan itu memang dapat di limpahkan kepada lembaga atau orang lain, seperti kepada sekolah dan guru agama, misalnya. Tetapi yang sesungguhnya dapat dilimpahkan kepada lembaga atau orang lain terutama hanyalah pengajaran agama, berwujud latihan dan pelajaran membaca bacaan-bacaan keagamaan, termasuk membaca Al-Qur'an dan mengajarkan ritus-ritus.
Sebagai pengajaran, peran orang lain seperti sekolah dan guru hanyalah terbatas, terutama kepada segi-segi pengetahuan dan bersifat kognitif, meskipun tidak berarti tidak ada sekolah atau guru yang juga sekaligus berhasil memerankan pendidikan yang lebih bersifat afektif. Namun jelas bahwa segi afektif itu akan lebih mendalam diperoleh anak di rumah tangga, melalui orang tua dan suasana umum kerumahtanggaan itu sendiri.
Pendidikan agama dan penghayatan agama
Maka jika yang dimaksudkan adalah pendidikan agama dalam rumah tangga, jelas melibatkan peran orang tua serta keseluruhan anggota rumah tangga dalam usaha menciptakan suasana keagamaan yang baik dan benar dalam keluarga. Dan peran orang tua tidak perlu berupa peran pengajaran (yang nota bene dapat diwakilkan kepada orang lain tadi). Peran orang tua adalah peran tingkah laku atau teladan, dan pola-pola hubungannya dengan anak yang dijiwai dan disemangati oleh nilai-nilai keagamaan menyeluruh.
Karena itu, yang penting ialah adanya penghayatan kehidupan keagamaan dalam suasana rumah tangga. Mode mendirikan musholla yang sekarang ini cukup banyak dipraktekkan orang dalam lingkungan rumah tangga adalah permulaan, bahkan lingkungan keluarga akan menegaskan kehadiran rasa keagamaan dalam keluarga itu.
Sebagai bingkai atau kerangka keagamaan, shalat adalah titik tolak yang sangat baik untuk pendidikan keagaan seterusnya. Pertama-tama, shalat itu mengandung arti penguatan ketaqwaan kepada Allah SWT., memperkokoh dimensi vertikal hidup manusia, yaitu tali hubungan dengan Allah SWT. segi ini dilambangkan dalam takbiratul ihram, yaitu takbir atau ucapan Allahu Akbar pada pembukaan shalat. Kedua, shalat itu menegaskan pentingnya memelihara hubungan dengan sesama manusia secara baik, penuh perdamaian, dengan kasih atau rahmat, serta berkah Tuhan. Jadi memperkuat dimensi horizontal hidup manusia, yaitu tali hubungan dengan sesama manusia.
b.      Pendidikan Islam di Lingkungan Masyarakat
Peranan Majelis Ta’lim
Bila dilihat dari struktur organisasinya, majelis ta'lim adalah termasuk organisasi Pendidikan Luar Sekolah atau (non formal) yang bercirikan khusus keagamaan Islam. Bila dilihat dari segi tujuan, majelis ta'lim adalah termasuk lembaga atau sarana dakwah islamiyah yang secara self-standing dan self-disciplined dapat mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Di dalamnya berkembang prinsip demokrasi yang berdasarkan musyawarah untuk mufakat demi untuk kelancaran pelaksanaan ta’lim al islamy sesuai dengan tuntutan pesertanya.
Maka itu secara strategis majelis-majelis ta'lim itu sebagai sarana dakwah dan tabligh yang Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup ummat Islam sesuai tuntutan ajaran agama. Dan lain-lainnya ialah untuk menyadarkan ummat Islam dalam rangka menghayati memahami dan mengamalkan ajaran agamanya yang kontekstual kepada lingkungan hidup sosial budaya dan alam sekitar mereka.
Tantangan Modernisasi Kehidupan Manusia
Masyarakat manusia saat ini sedang dihadapkan kepada berbagai tantangan baru yang bersumber pada gagasan yang disebut modernisasi.
Untuk itu ulama masa kini dan masa depan adalah ulama yang ilmuan yang mengetahui dan memahami tuntutan modernisasi umat berkat pengaruh perkembangan IPTEK yang membanjiri seluruh bidang kehidupan manusia termasuk dampaknya terhadap kehidupan beragama yang nilai-nilainya bersifat absolute atau (mutlak dari Allah SWT.)
Jadikanlah ajaran agama sebagai sumber motivasi yang positif untuk semangat pembaharuan hidup yang menyejukkan hati dan menyegarkan pikiran yang kreatif. Insya Allah dengan cara demikian umat islam dengan agamanya dan mampu berperan dalam proses pembangunan masyarakat dalam segala lingkungan.
Sistem Pendekatan yang Integralistik
Bagi para pemimpin pengajian atau da’i atau muballigh dalam proses penyajian materi agama kepada para peserta perlu memegangi seperangkat pandangan yang didasarkan atas sistem pendekatan antara lain:
·         Pendekatan Psikologis: yang menuntut kepada pemahaman terhadap kecenderungan dan tingkat kemampuan pemahaman peserta didik untuk menyerap materi pengajian.
·         Pendekatan Sosial Kultural: menghendaki agar kita dapat membawa suasana kejiwaan peserta didik/pengajian ke arah sikap komunikasi dan interaksi dengan lingkungan yang positif disekitarnya.
·         Pendekatan Religious: menuntut kepada kita untuk mampu menguak menginterprestasikan ajaran agama yang menimbulkan suasana keagamaan dalam majelis serta menimbulkan jiwa keagamaan dalam tiap pribadi peserta didik.
·         Pendekatan Saintifik: menuntut kita untuk mampu menganalisa dan menafsirkan ayat-ayat ataupun hadits yang relevan dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan.
·         Pendekatan Pembangunan: menuntut kita untuk menggali sumber motivasi dari dalam ajaran agama dari sudut kemanfaatan untuk hidup rukun, bersatu padu sebagai satu bangsa, satu tanah air yang berketahanan mental dan nasional berwawasan bangsa (wawasan nusantara) cinta terhadap pola hidup sederhana, produktif dan mandiri.
Orientasi Pengembangan System Pendidikan Roudhatul Athfal (RA)
Sebagai pendidik agar anak didik kita dibina dan dikembangkan untuk menjadi manusia yang utuh, sehat lahiriyah dan batiniah yang memiliki kesanggupan potensial dan aktual untuk melaksanakan 3 fungsi kemanusiaan yaitu:
1.      Memfungsikan Individualitas, karena manusia pada hakikatnya adalah makhluk pribadi yang berkemampuan dasar untuk dibina menjadi makhluk yang dewasa di mana fungsi-fungsi pengamatan, berfikir, berkemampuan, merasakan, mengingat dan nafsu, memiliki keseimbangan yang terpadu antara satu dan lainnya.
2.      Memfungsikan Sosialitas, yang berarti selain sebagai makhluk pribadi, iapun mampu menjadi makhluk yang bermasyarakat. Ini berarti pula ia harus berkemampuan untuk dibina dan dikembangkan menjadi anggota masyarakat di mana perasaan solidaritas, rasa ikut memiliki serta rasa keterkaitan dengan masyarakat sebagai persekutuan hidup bersama sangat penting bagi perkembangan hidupnya.
3.      Memfungsikan kemampuan Moralitas. Hal ini mengandung pengertian bahwa setiap manusia sebagai makhluk pribadi dan sosial tersebut masih memerlukan suatu kemampuan psikologis untuk melaksanakan secara aktual norma-norma susila/akhlak.
Pengembangan System Pendidikan
Istilah pengembangan mengandung pengertian yang luas, terutama bila diterapkan dalam proses pembangunan bangsa yang besar seperti Indonesia. Akan tetapi bila dikaitkan dengan pengertian pendidikan maka hal tersebut jelas menunjukkan suatu proses perubahan secara bertahap ke arah tingkat yang berkecenderungan lebih tinggi dan meluas serta mendalam yang secara menyeluruh dapat tercipta suatu kesempurnaan atau kematangan.
Fungsi pendidikan pra-sekolah (Raudhatul Athfal) adalah:
a.       Melaksanakan amanat pendidikan dari orang tua dalam arti mengembangkan pribadinya melalui proses belajar mengajar secara formal untuk memperoleh unsur-unsur dasar ilmu pengetahuan dengan pengenalan anak kepada alam sekitarnya.
b.      Mempersiapkan anak dengan pengalaman-pengalaman sikap dan kemampuan untuk memasuki masa sekolah yang sebenarnya.
Orientasi Sistem Pendidikan Pra-Sekolah
Orientasi tersebut sekurang-kurangnya meliputi 3 faktor pengembangan yaitu:
1.      Pengembangan hidup yang berorientasi kepada keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT.
2.      Pengembangan hidup yang berorientasi kepada kehidupan masyarakat/sesama manusia.
3.      Pengembangan yang berorientasi kepada lingkungan alam sekitarnya.
Sistem dan Metode Penyampaian
Sistem pengorganisasian pendidikan pada TK/RA perlu disusun berdasarkan pendekatan yang lebih mementingkan kepada kepentingan anak, bukan kepentingan guru.
Sesuai dengan usia anak tingkat pra-sekolah itu metode pengenalan dan penyajian mata pelajaran diterapkan dalam bentuk:
1.      Cerita kanak-kanak yang mula-mula bersifat fantastis, kemudian semakin menuju skematis antara lain dengan gambar-gambar dan sebagainya.
2.      Pembiasan dalam rangka pembentukan kebiasaan yang baik.
3.      Permainan yang mengandung nilai edukatif, misalnya dengan permainan edukatif yang religious. Alat permainan tersebut menurut Dr. Maria Mountessori adalah mampu mengembangkan daya kognitif anak.
4.      Darma wisata untuk mengenalkan ke lingkungan alam sekitar masyarakat dan sebagainya dengan mengingat daya kemampuan jasmani dan psikologis anak.
Pendidikan Islam di Pesantren
1.      Sistem Pengajaran Agama di Pondok Pesantren
Istilah sistem pendidikan dan pengajaran pondok pesantren dimaksud adalah sarana yang berupa perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang berlangsung dalam pondok pesantren itu. Sedangkan bila kita mempergunakan istilah sistem (susteem dalam bahasa Belanda) pendekatan tentang metode pengajaran agama Islam di Indonesia, maka tak lain pengertiannya adalah “cara pendekatan dan cara penyampaian ajaran agama islam di Indonesia” dimana ruang lingkupnya yang luas, tidak hanya terbatas pada pondok pesantren, akan tetapi mencakup lembaga-lembaga pendidikan formal, baik madrasah maupun sekolah umum dan non formal seperti pondok pesantren.
Namun dalam pembahasan ini hanya akan kami batasi pada lembaga pendidikan yang sedang kita pikirkan bersama saat ini yaitu sistem pendekatan tentang metode pengajaran agama Islam di pondok pesantren, untuk memudahkan segala usaha mencapai tujuan.
2.      Metode Pengajaran Agama di Pondok Pesantren
Metode penyajian atau penyampaian tersebut ada yang bersifat tradisional menurut kebiasaan-kebiasaan yang lama dipergunakan dalam institusi itu, seperti pengajian dengan balahan, weton dan sorogan.
Perlu kita sadari bahwa ada strategi dasar yang telah dipegangi oleh pimpinan pondok pesantren yang ditetapkan dalam muktamar pondok pesantren yang menyatakan sebagai berikut:
1.      Metode tanya jawab
2.      Metode diskusi
3.      Metode imla’
4.      Metode muthola’ah
5.      Metode proyek
6.      Metode dialog
7.      Metode karyawan
8.      Metode hafalan
9.      Metode sosiodrama
10.  Metode widyawisata
11.  Metode problem soving
12.  Metode pemberian situasi
13.  Metode pembiasaan
14.  Metode percontohan tingkah laku
15.  Metode reinforcement
16.  Metode berdasarkan teori Connectionisme, Stimulus-Respons=Bond
17.  Metode penyampaian melalui sistem modul
Macam-macam metode itu menjadi efektif dan tidaknya bagi santri adalah banyak bergantung kepada pribadi pendidik itu sendiri.
3.      Sistem Pendekatan Metodologis di Pondok Pesantren
Sistem pendekatan metodologis yang perlu pendapatkan perhatian dari para pendidik juga di pondok pesantren adalah bilamana didasarkan atas disiplin ilmu sosial sekurang-kurangnya meliputi:
1.      Pendekatan psikologis, yang tekanannya diutamakan pada dorongan-dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif.
2.      Pendekatan sosial kultural, yang ditekankan kepada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat.
3.      Pendekatan religik, yang ditekankan adalah membawa keyakinan (aqidah) keimanan  dalam pribadi anak didik yang cenderung ke arah intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas).
4.      Pendekatan historis, yang ditekankan pada usaha pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan.
5.      Pendekatan komparatif, yang ditekankan pada membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukuman dengan hukum agama yang ditetapkan selaras dengan situasi dan zamannya.
6.      Pendekatan filosofis, yang ditekankan berdasarkan tinjauan atau pandangan falsafah, yaitu usaha mencapai kebenaran dengan memakai akal dan rasio.
2.      Model-model Pendidikan Islam Luar Sekolah
a.       Model Kajian Islam Remaja Islam Sunda Kelapa Jakarta (RISKA)
Arah Pembinaan dan Pendidikan
1.      Peningkatan pemahaman dan penghayatan serta pengalaman nilai-nilai ke-islaman pada setiap anggota maupun fungsionaris dalam hal:
a.       Nilai-nilai iman dan aqidah sehingga tertanam dalam setiap gerak langkahnya semata-mata mencari ridho Allah SWT.
b.      Nilai-nilai ibadah, sehingga dengan ini diharapkan terbinanya pribadi muslim yang utuh dan menjadi contoh yang baik dalam kehidupan remaja dan lingkungan.
c.       Nilai-nila Islam secara menyeluruh, meliputi aspek ubudiyah, akhlak dan mu’amalah, sehingga setiap anggota diharapkan dapat menjabarkan lebih jauh nilai-nilai keislaman dalam kerangka kehidupan kemasyarakatan.
2.      Peningkatan berorganisasi secara baik dalam dinamika kehidupan organisasi secara keseluruhan dengan memahami tujuan RISKA dan program kerja RISKA.
3.      Meningkatkan kreatifitas, peran dan tanggung jawab anggota agar mampu ditempatkan baik di dalam maupun di luar organisasi RISKA.
4.      Peningkatan kemampuan baik fisik, mental dan intelektual pada setiap anggota guna terealisasinya tujuan RISKA maupun cita-cita pribadi setiap anggota.
Ruang Lingkup Organisasi
1.      Intern organisasi
Singkatnya setiap bentuk kegiatan RISKA adalah merupakan penjabaran dari konsepsi dan nilai-nilai yang mendasarinya, untuk kemudian memberikan input dan pengalaman kepada setiap anggota guna memungkinkan mereka dapat mengembangkan kualitas/potensi pribadinya.
2.      Ekstern organisasi
Kondisi ekstern organisasi akan mempengaruhi setiap langkah maupun usaha yang dilakukan oleh organisasi di dalam merealisasikan tujuannya. Oleh karena itu RISKA sebagai suatu wadah pembinaan dan pengembangan remaja dan pemuda tidak dapat melepaskan atau memisahkan diri dari kehidupan masyarakat, terutama kehidupan remaja dan pemuda. Hal yang memberikan pengaruh terhadap kehidupan remaja/pemuda seperti halnya kehidupan keagamaan, sosial budaya dan pendidikan apakah itu bersifat langsung ataupun tidak langsung, hendaknya menjadi suatu perhatian secara seksama.
Studi Dasar Islam Siswa (SDIS)
Remaja adalah insan muda yang perlu dibentuk sehingga nantinya akan menjadi manusia-manusia berkepribadian yang sehat rohani dan jasmaninya. RISKA adalah salah satu wadah aspirasi kaum muda dengan segala bentuk aktifitasnya menyadari akan hal tersenut di atas, untuk itulah perlu dibentuk suatu departemen tersendiri yang mengelola kegiatan kerohanian yang dikhususkan untuk kaum remaja, yaitu departemen Studi Dasar Islam Siswa (SDIS).
Pelaksanaan Pesantren Kilat di Lembaga Pendidikan Sekolah
Program pesantren kilat merupakan salah satu trobosan dalam mengatasi persoalan-persoalan pendidikan agama di sekolah. Dengan kata lain program pesantren kilat merupakan upaya alternatif dalam mengisi aspek-aspek ajaran agama yang belum tergarap melalui pendidikan di sekolah.
Pada tingkat operasional, aplikasi pencapaian tujuan pendidikan agama islam di tingkat sekolah dasar dan sltp, berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1.      Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan sistem klasikal yang mengelompokkan anak dengan usia dan kemampuan rata-rata menerima mata pelajaran dari guru mata pelajaran yang sama.
2.      Kegiatan belajar mengajar pada dasarnya mengembangkan kemampuan psikis dan fisik serta dalam penyesuaian sosial secara utuh.
3.      Pemanfaatan sarana pelajaran sesuai dengan kekhususan pendidikan agama Islam.
4.      Ketentuan pembelajaran lebih bersifat birokratis atas dasar struktur dan fungsi dari instansi yang lebih atas yang terkait secara langsung dalam pendidikan.
Pada tingkat SMU pelaksanaan pendidikan agama islam untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan, diperlukan bagi para pelaksana agar memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:
1.      Pendekatan-pendekatan dalam pendidikan agama islam meliputi pendekatan pengalaman, pembiasaan, emosional, rasional dan fungsional.
2.      Kemampuan dasar yang harus dicapai dari pendidikan agama islam meliputi:
a.       Siswa bergairah dan taat beribadah, berdzikir, berdo’a serta mampu menjadi imam.
b.      Siswa mampu membaca Al-Qur'an dan menulisnya dengan benar serta berusaha memahami kandungan makna, terutama yang berkaitan dengan IPTEK.
c.       Siswa memiliki kepribadian muslim (berakhlak mulia).
d.      Siswa memahami, menghayati dan mengambil manfaat dari tarikh islam.
e.       Siswa mampu menerapkan prinsip-prinsip muamalah islam dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Tujuan
a.       Tujuan umum: meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang ajaran agama islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b.      Tujuan khusus: memperdalam, memantapkan dan meningkatkan penghayatan ajaran agama islam khususnya tentang keimanan, ibadah, akhlak dan Al-Qur'an. Serta menerapkan dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka membentuk mental spiritual yang tangguh, memiliki kepribadian yang kokoh dan mampu menghadapi tantangan-tantangan negatif baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya.
c.       Sasaran: siswa SD, SLTP, SMU/SMK yang berada dalam lingkungan pembinaan direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah, departemen pendidikan dan kebudayaan RI.
Untuk siswa SD diutamakan kelas V, sedangkan untuk siswa SLTP,SMU/SMK diutamakan kelas II.
Program
Keberadaan program pesantren kilat dilihat dari susunan programnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Perencanaan program
a.       Ketenagaan: pembina, panitia, pengajar, pengawas serta unsur pendukung dari keluarga dan masyarakat.
b.      Peserta didik: siswa SD, SLTP, dan SMU/SMK.
c.       Bahan pelajaran: keimanan, ibadah, akhlak, Al-Qur'anak, muamalah, tarikh metode materi lain yang menunjang tercapainya tujuan pesantren kilat.
d.      Sarana dan prasarana:
·         Sarana: buku-buku, perlengkapan ibadah, perlengkapan makan minum, alat tranportasi, media pendidikan dan alat-alat olah raga/kesenian.
·         Prasarana: masjid/musholla dan sekolah, ruang belajar, ruang tidur, tempat masak, MCK dan tempat olah raga/bermain dan lain-lain.
Metode Pengajaran
·         Untuk mengajarkan Al-Qur'an dilakukan tahapan-tahapan yang meliputi: ceramah klasikan, penugasan dan tanya jawab.
·         Untuk mengajarkan ibadah shalat dapat digunakan perpaduan metode: ceramah, penugasan, tanggung jawab dan demonstrasi.
·         Untuk mengajarkan keimanan dapat digunakan perpaduan metode: ceramah, penugasan, tanya jawab dan diskusi.
·         Untuk mengajarkan akhlak dapat digunakan perpaduan metode: ceramah, tanya jawab dan demonstrasi.















KESIMPULAN

ü  Sebagai pengajaran, peran orang lain seperti sekolah dan guru hanyalah terbatas, terutama kepada segi-segi pengetahuan dan bersifat kognitif, meskipun tidak berarti tidak ada sekolah atau guru yang juga sekaligus berhasil memerankan pendidikan yang lebih bersifat afektif. Namun jelas bahwa segi afektif itu akan lebih mendalam diperoleh anak di rumah tangga, melalui orang tua dan suasana umum kerumahtanggaan itu sendiri.
ü  Jadikanlah ajaran agama sebagai sumber motivasi yang positif untuk semangat pembaharuan hidup yang menyejukkan hati dan menyegarkan pikiran yang kreatif. Insya Allah dengan cara demikian umat islam dengan agamanya dan mampu berperan dalam proses pembangunan masyarakat dalam segala lingkungan.
ü  Melalui pendidikan luar sekolah diharapkan semua peserta didik dapat memanfaatkannya. Karena dengan adanya beberapa contoh pendidikan luar sekolah tersebut, maka peserta didik lebih mudah memilih cara apa yang cocok dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya. Sehingga peserta didik menjadi seseorang yang memiliki semangat belajar atau semangat menuntut ilmu yang tinggi. Dibekali dengan ilmu agama, agar mereka dapat berpegang teguh kepada kebenaran yang telah diajarkan oleh agama. Dan menjadi peserta didik yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

DAFTAR PUSTAKA
Drs. Taqiyuddin Masyhuri, PAI Luar Sekolah Teori dan Konsep, Divisi Puslitbang, Stain Cirebon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar