Jumat, 13 April 2012

AYAT-AYAT TENTANG AKHIRAT


MUQADDIMAH
            Setiap orang beriman pasti akan menyadari bahwa ketika ia hidup di dunia ini, ia akan hidup dalam batas waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh pencipta-Nya, Allah SWT. Usia manusia berbeda satu sama lainnya, begitu juga amal dan bekalnya. Setiap orang yang berimanpun amat menyadari bahwa mereka tidak mungkin selamanya tinggal di dunia ini. Mereka memahami bahwa mereka sedang melalui perjalanan menuju kepada kehidupan yang kekal abadi. Sungguh sangat berbeda dan berlawanan sekali dengan kehidupan orang-orang yang tidak beriman.
Pada hakikatnya sesungguhnya Allah SWT. menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Maka selayaknya kita sebagai hamba Allah SWT. harus benar-benar ta’at kepada segala perintah-Nya, dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.
            Tidak bisa dipungkiri bahwa untuk menuju jalan yang diridhoi Allah SWT. Dan untuk memperoleh derajat yang tinggi disisi Allah SWT. tentunya melewati beberapa rintangan. Sesungguhnya setan tidak pernah bosan dan tidak pula letih dalam memperdaya manusia. Ada tujuh jalan yang darinya setan dapat masuk ke dalam hati dan memperdayainya.
            Pertama, berpalingnya seseorang dalam melakukan amal kebajikan. Contoh: engkau berniat untuk melakukan suatu amal kebajikan. Adzan shubuh berkumandang. “Bangun dan Shalatlah!”. “Tetapi engkau letih, tidurlah.. Allah SWT. maha pengampun lagi maha penyayang!”. Bisikan ini telah menghilangkan keinginan untuk melakukan kebajikan.
            Kedua, menunda-nunda untuk melakukan kebajikan. Contoh: “sebentar lagi…nanti, besok saja…!”, “InsyaAllah nanti aku akan bertaubat, aku akan menjaga shalat”.
            Ketiga, riya. Setan akan berkata kepadamu, “berbuatlah kebajikan ini dan itu, tetapi biarkan manusia melihatmu. Perlihatkan kebajikanmu kepada manusia!”
            Keempat, tergesa-gesa dalam ketaatan. Setan akan berkata kepadamu, “Ya Allah, cepatlah! Selesaikan sekarang juga! Shalatlah dua raka’at secepat mungkin. Sungguh Allah SWT. Maha Mendengar dan Maha Mengetahui siapa yang memuji-Nya, ingat.., sekian raka’at saja dan cepatlah..!!!
            Kelima, ujub. Setanpun berkata kepadamu, “Siapakah orang sepertimu saat ini! Lihatlah diakhir zaman, bagaimana orang-orang shalat?”
            Keenam, lintasan-lintasan dalam masalah aqidah.
            Ketujuh, tipu daya pada saat-saat tertentu.
            Ketujuh perkara yang telah disebutkan tadi hanya sedikit contoh dari beberapa perkara yang hanya mementingkan dunia saja tanpa memikirkan kehidupan akhirat, dan menyangkut masalah hubungan antara hamba dan pencipta-Nya, mudah-mudah kita dapat terhindar itu semua. Karena sesungguhnya kadang kita tidak menyadari bahwa kita memiliki musuh nyata yang tinggal di dalam diri kita. Maka dari itu jika hal tersebut terjadi maka mohon perlindungan kepada Allah SWT. serta perbanyak dzikir kepada Allah SWT. dan bertaubatlah.
            Mari kita cari makna kelezatan yang melebihi kelezatan yang dirasakan oleh para raja. Dengan tujuan mengharap ridho dari Allah SWT. semata, dan tidak terlena serta tertipu oleh buaian-buaian dunia yang semata hanyalah bagaikan fatamorgana, yang pada akhirnya kita mengabaikan persiapan kita menuju tempat yang abadi, yaitu akhirat.. Na’udzubillaah min dzaalik
Semoga kita tergolong hamba Allah SWT. yang ta’at, patuh menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangannya, serta takut akan adzab Allah SWT. yang sangat pedih di akhirat kelak. Amiin. Sehingga kita dapat memperbaiki diri waktu demi waktu hingga akhirnya tiba saat yang tidak akan bisa untuk dipungkiri, yaitu kematian yang pasti.

|š





TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG AKHIRAT
A.      Surat Al A’laa ayat 16-17
ö@t/ tbrãÏO÷sè? no4quŠysø9$# $u÷R9$# ÇÊÏÈ   äotÅzFy$#ur ׎öyz #s+ö/r&ur ÇÊÐÈ  
Terjemahan kata-kata
s+ö/r& = lebih kekal
brãÏO÷sè? = kamu (orang-orang kafir) memilih
Terjemahan
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”                                                                                                                      
·         Ayat ini tidak ada Asbabun Nuzulnya.
Penjelasan
ö@t/ tbrãÏO÷sè? no4quŠysø9$# $u÷R9$#
Menurut Ibnu Katsir, maksud dari ayat tersebut adalah “Kalian mengutamakan kehidupan duniawi daripada urusan akhirat. Kalian mengutamakan kehidupan duniawi daripada sesuatu yang memberikan kalian manfaat dan kebaikan di dunia dan di akhiratmu”. Ayat-ayat di atas mengecam manusia secara umum dan orang-orang kafir secara khusus.
Kata tu’tsirun terambil dari kata atsara yang berarti mengambil sesuatu tanpa mengambil yang lain, sehingga terasa ada semacam penilaian keistimewaan tersendiri pada sesuatu yang diambil itu, keistimewaan yang tidak dimiliki oleh yang lain. Dalam bahasa Arab dikenal kata-kata ista’tsara Allahu bi-fulan. Maksudnya Allah memilihnya (mematikannya) karena adanya keistimewaan pada yang wafat itu yang tidak dimiliki oleh orang-orang lain ketika itu.
Kata ad-dunya terambil dari kata danaa yang berarti dekat atau dari kata dani yang berarti hina. Arti pertama menggambarkan kehidupan dunia adalah kehidupan yang dekat serta dini dan dialami sekarang, sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan jauh dan akan datang. Dari sini dapat dimengerti mengapa ditemukan puluhan ayat yang memperingatkan tentang hakikat kehidupan duniawi dan sifatnya yang sementara agar keindahannya tidak menghambat perjalanan menuju Allah SWT.
Al-Qur’an ketika menguraikan sifat kesementaraan dari dunia dan kedekatannya bukan berarti meremehkan kehidupan-kehidupan dunia atau menganjurkan untuk meninggalkan dan tidak memperhatikannya, tetapi mengingatkan manusia akan kesementaraan itu sehingga tidak hanya berusaha memperoleh kenikmatan dan gemerlap duniawi serta mengabaikan kehidupan kekal. Hal ini terbukti dengan anjuran Al-Qur’an menjadikan dunia sebagai sarana menuju kehidupan di akhirat.
Jika demikian ayat 16 ini tidak ditujukan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengambil pelajaran dan peringatan-peringatan Allah, serta menghimpun kebahagiaan dunia dan akhirat saja, tetapi ditujukan kepada mereka yang mengabaikan kehidupan akhirat atau mementingkan dunia semata-mata.
äotÅzFy$#ur ׎öyz #s+ö/r&ur
“Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”
Imabalan Allah di akhirat lebih baik daripada di dunia dan lebih kekal, karena dunia adalah daniyah (hina) dan fana , sementara akhirat adalah mulia dan kekal. Orang yang berakal tidak mengkin mengutamakan sesuatu yang sementara daripada sesuatu yang kekal.
Kata khair/lebih baik dan abqa/lebih kekal menurut Quraish Shihab keduanya berbentuk superlatitif. Ini memberi kesan perbandingan dengan kehidupan duniawi, surga lebih baik dan kekal dibandingkan dengan kenikmatan dunia. Ini berarti bahwa dunia pun mempunyai segi kebaikannya, namun kehidupan akhirat kelak, jauh lebih baik dan kekal.
B.       Surat Al Hadiid ayat 20
(#þqßJn=ôã$# $yJ¯Rr& äo4quysø9$# $u÷R9$# Ò=Ïès9 ×qølm;ur ×puZƒÎur 7äz$xÿs?ur öNä3oY÷t/ ֍èO%s3s?ur Îû ÉAºuqøBF{$# Ï»s9÷rF{$#ur ( È@sVyJx. B]øxî |=yfôãr& u$¤ÿä3ø9$# ¼çmè?$t7tR §NèO ßkÍku çm1uŽtIsù #vxÿóÁãB §NèO ãbqä3tƒ $VJ»sÜãm ( Îûur ÍotÅzFy$# Ò>#xtã ÓƒÏx© ×otÏÿøótBur z`ÏiB «!$# ×bºuqôÊÍur 4 $tBur äo4quysø9$# !$u÷R$!$# žwÎ) ßì»tFtB Írãäóø9$# ÇËÉÈ  
Terjemahan kata-kata
ßkÍku=kering
Ò=Ïès9 =permainan
#vxÿóÁãB= warnanya kuning
×qølm; = yang melalaikan
$VJ»sÜãm=hancur
×puZƒÎ = perhiasan
፯tFtB=kesenangan
äz$xÿs?= bermegah-megahan
rãäóø9$#=yang menipu
]øxî=hujan
Terjemahan
“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
·         Ayat ini tidak ada Asbabun Nuzulnya.
Penjelasan  
(#þqßJn=ôã$# $yJ¯Rr& äo4quysø9$# $u÷R9$# Ò=Ïès9 ×qølm;ur ×puZƒÎur 7äz$xÿs?ur öNä3oY÷t/ ֍èO%s3s?ur Îû ÉAºuqøBF{$# Ï»s9÷rF{$#ur (
Menurut Ibnu Katsir, dalam ayat ini Allah SWT.  berfirman merendahkan dan menghinakan kehidupan dunia. Yakni yang dihasilkan oleh kehidupan duniawi bagi penghuninya sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tersebut.
Kata la’ibun  yang biasa diterjemahkan permainan digunakan oleh Al Quran dalam arti suatu perbuatan yang dilakukan oleh pelakunya bukan untuk suatu tujuan yang wajar, dalam arti membawa manfaat atau mencegah madharat. Artinya permainan tersebut dilakukan tanpa tujuan dan hanya digunakan untuk menghabiskan waktu.
Sementara itu kata lahwun artinya suatu perbuatan yang mengakibatkan kelengahan pelakunya dari pekerjaan yang bermanfaat atau lebih bermanfaat dan penting daripada yang sedang dilakukannya itu.
Dalam kitab Al Jalalain Juz Tsany, diterangkan bahwa lafadz ziinah yang berarti perhiasan.
Apabila manusia berada dalam keta’atan, maka Allah SWT. akan memudahkan dalam menjalankan segala urusan yang berhubungan dengan akhirat.
È@sVyJx. B]øxî |=yfôãr& u$¤ÿä3ø9$# ¼çmè?$t7tR
Menurut Ibnu Katsir, Allah ta’ala memberikan perumpamaan kehidupan dunia seperti tanaman yang tumbuh kerena turunnya hujan, sehingga mengagumkan para petani yang melihatnya. Maka seperti para petani yang kagum dengan tanaman-tanaman itu, kehidupan dunia juga telah membuat orang kafir terkagum-kagum, karena mereka adalah orang yang paling rakus terhadap dunia.
Dijelaskan pula masih dalam kitab Al Jalalain Juz Tsany halaman 210, disitu dijelaskan bahwa lafadz ghaits berarti hujan, sedangkan lafadz al kuffaar berarti para petani.
 Quraish Shihab menjelaskan mengapa kata al kuffaar diartikan petani. Dia Mengatakan bahwa kata al kuffaar adalah jamak dari kata kaafir. Kata ini terambil dari kata kafara yang berarti menutup. Maksudnya adalah para petani, karena mereka menanam benih dengan cara menutupnya dengan tanah.
§NèO ßkÍku çm1uŽtIsù #vxÿóÁãB §NèO ãbqä3tƒ $VJ»sÜãm (
Maksudnya tanaman itu berubah menjadi kuning setelah sebelumnya berwarna hijau, kemudian menjadi kering, lapuk dan akhirnya hancur. Seperti itulah kehidupan dunia mulanya muda belia, kemudian dewasa, dan akhirnya menjadi tua, lemah tak berdaya dan akhirnya mati.
Îûur ÍotÅzFy$# Ò>#xtã ÓƒÏx© ×otÏÿøótBur z`ÏiB «!$# ×bºuqôÊÍur 4 $tBur äo4quysø9$# !$u÷R$!$# žwÎ) ßì»tFtB Írãäóø9$#
Maknanya bahwa di akhirat hanya ada adzab yang pedih atau ampunan dan keridhaan Allah SWT. Kehidupan dunia ini hanya kesenangan yang fana yang menipu siapa saja yang cenderung kepadanya. Sehingga banyak manusia yang tertipu dan lebih mengutamakan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, bahkan ada sebagian manusia yang mengingkari adanya kehidupan akhirat.

KESIMPULAN

            Pada Surat Al A’laa ayat 16-17 dapat disimpulkan bahwa:
Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal abadi, jadi jangan hanya mementingkan urusan dunia saja, akan tetapi urusan akhirat juga harus selalu diperhatikan, untuk bekal nanti, agar selamat dan bahagia di akhirat kelak.
            Sedangkan pada Surat Al Hadiid ayat 20, kesimpulannya adalah:
Jangan mudah tertipu oleh rayuan dunia. Karena segala yang ada di dunia ini sifatnya hanya sementara.
Barangsiapa yang hanya mementingkan urusan dunia saja tanpa memikirkan urusan akhirat, maka celakalah orang tersebut dan adzab Allah SWT. sangatlah pedih.
Barangsiapa yang bertaubat atas segala kesalahannya dan ingin kembali kepada jalan yang lurus, maka Allah SWT. ridho dan Allah SWT. Maha Pengampun.
Kita dituntut untuk dapat menundukkan pandangan mata dan hati kita, dari gemerlapnya dunia yang palsu serta hanya untuk memperdayai jiwa kita. Dan kita harus memiliki prinsip “Nanti Bagaimana? Jangan, Bagaimana nanti.”

Wallahu a’lam bishshowab
JJJ

DAFTAR PUSTAKA

Al Hafizh ‘Imaduddin Abu Al Fida’ Ismail, Tafsir Ibnu Katsir, Penerjemah, Farizal Tirmidzi. Tafsir Juz ‘Amma. Jakarta: Pustaka Azzam, Cet,11.2007
Abdullah bin Muhammad ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir ; Penerjemah, M. Abdul Ghafar E.M. Et All. Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, Cet. III.2004
M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta:Lentera Hati.2002
M.Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan , dan Keserasian Al Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.2002 
Syaikh Imam Al-Qurthubi; Penerjemah, Akhmad Khotib. Al Jami’ Li’ahkam Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Azzam.2009
Al ‘Allaamah Al Jalaluddiin Muhammad Bin Ahmad Al Mahally dan Syaikh Jalaluddiin ‘Abdurrahman Bin Abu Bakar As Suyuthy, Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhiim Imam Al Jalalain. Daar Ihya’ Al Kutub Al ‘Arobiyyah.
Al Qur’an dan Terjemah Bahasa Indonesia Jilid 3, 2004
Majalah Kisah Islami, AlKisah Edisi No. 03/Tahun X/6-19 Februari 2012, PT. Dian Rakyat Jakarta
Majalah Kisah Islami, AlKisah Edisi No 04/Tahun X/20 Februari-4 Maret 2012, PT. Dian Rakyat Jakarta
Majalah Kisah Islami, AlKisah Edisi No 05/Tahun X/5-18 Maret 2012, PT. Dian Rakyat Jakarta