Sabtu, 14 Januari 2012

Nasihat ke-6


Orang yang bertaqwa akan mendapat kenikmatan dalam kubur. Penghuni kubur akan menziarahinya untuk menanyakan keadaan sanak keluarganya. Jika keadaan keluarga mereka baik, mereka senang dan bahagia. Tetapi jika keadaan keluarga mereka buruk, mereka sangat pedih.
Mayit itu seperti musafir. Jika ia datang ke suatu kota, penduduk kota akan menanyakan keadaan keluarganya di kota asal sang musafir. Orang yang durhaka, tidak dapat saling menziarahi, karena mereka terlalu sibuk dengan siksa kubur.
Sayyid Syatha dalam Hasiyah I'anatut Thalibin meriwayatkan sebuah Hadits bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya arwah kaum mukminin setiap malam turun ke langit dunia lalu berhenti di depan rumahnya. Mereka memanggil dengan suara yang sedih sebanyak 1000 kali, "Wahai keluargaku, wahai anakku, wahai kerabatku, wahai yang tinggal di rumahku, wahai yang memakai pakaianku dan membagi-bagikan hartaku, adakah diantara kalian yang mengingatku dan memikirkan keterasinganku. Kami berada dalam penjara untuk waktu yang lama, kami dalam kesedihan yang dalam. Kasihanilah kami, nanti Allah akan mengasihani kalian. jangan kikir kepada kami, nanti kalian akan menjadi seperti kami.
Wahai hamba-hamba Allah, sesungguhnya kemuliaan yang saat ini kalian miliki, dahulu adalah milik kami. Kami dahulu tidak menginfakkannya di jalan Allah. Sekarang kamilah yang dihisab dan menanggung akibatnya, sedangkan kalian memanfaatkannya."
Jika ruh-ruh itu pulang dengan tangan kosong mereka menyesal dan merugi.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya keadaan mayit di kubur adalah seperti orang yang tenggelam dan membutuhkan pertolongan. Ia mengharap do'a dari anak, saudara atau temannya. Jika ada yang mendo'akan, maka itu lebih ia sukai daripada dunia seisinya. Karena ia sudah tidak beramal lagi sehingga apa yang ia harapkan adalah perhatian dari orang yang masih hidup."
Jika seseorang bersedekah, membaca Qur'an atau dzikir, hendakknya ia menghadiahkan pahalanya kepada ayah, ibu, kakek, nenek, leluhur mereka, para sahabat mereka dan orang-orang yang memiliki hak terhadap mereka, karena karunia Allah sangat luas. Jika ia menghadiahkan bacaan Qur'an, maka ia tetap akan memperoleh pahala yang utuh, tidak sedikitpun dikurangi. Sebab, Allah itu mengetahui bahwa manusia itu kikir, sedang Dia Maha Pemurah dan Maha Luas Karunia-Nya.
(Habib Muhammad Bin Hadi Assegaf, al-Hikmah al-Yamaniyyah)